Kemudian yang kedua, ada perbaikan stigma dari masyarakat, khususnya pada makanan dan lingkungan. Orang di Jerman biasa memesan makanan seadanya dan tidak akan membuang-buang makanan. Bahkan mereka tidak malu untuk membungkus makanan yang tidak habis di restoran.
Ketiga, penerapan hukum yang lebih tegas di Indonesia. Salah satunya adalah terhadap kasus pencemaran air. Jika ada pabrik tanpa standard yang baik, maka pemerintah akan mengenakan pajak atau denda pada perusahaan tersebut. Sebaliknya, bila perusahaan tersebut bisa melakukan pengolahan limbah dengan benar, maka itu bisa menurunkan pajak. Selain bahwa citra perusahaan tersebut akan semakin membaik di mata publik.
Baca juga: Ini Dia 5 Drone Murah Untuk Pemula, Mulai Ryze Tello Hingga Cheerson CX-10
Edwin juga mengungkapkan kontribusi yang bisa dilakukan masyarakat atau mahasiswa teknologi pangan dalam mengatasi masalah pangan di Indonesia.
Pertama, dengan mengubah mindset dan pola pikir masyarakat pada bahan pangan tertentu. Salah satunya adalah tempe. Makanan ini dianggap murah padahal bergizi tinggi. Bahkan mengandung protein dan vitamin lain yang tak kalah dengan daging.
Kedua, jangan mengutamakan profit dalam mengembangkan makanan, khususnya oleh mahasiswa teknologi pangan. Mahasiswa teknologi pangan justru harus merancang sistem yang berkelanjutan, bahkan bisa menunjang prinsip zero waste.
Baca juga: Oppo Bikin Prosesor Sendiri, Saingi Samsung dan Huawei