Habiburokhman menjelaskan, maksud Prabowo adalah damai, dalam konteks tetap menjaga kedaulatan. Menurutnya, diplomasi negara-negara di seluruh dunia juga seperti itu, yakni mengusahakan mencari solusi damai.
Habiburokhman mengatakan untuk urusan kedaulatan seperti ini, sebaiknya semua bersatu, bukan malah menggoreng-goreng politik.
Baca juga: Dahnil Nilai ‘Kecaman’ PKS Soal Natuna Punya Modus Rendahkan Menhan Prabowo
Sebelumnya, kapal penjaga pantai (coast guard) Pemerintah China melakukan pelanggaran atas Zona Ekonomi Eksklusif atau ZEE Indonesia, dengan muncul di perairan utara Natuna pada Desember 2019. Saat diusir, kapal China menolak dan mengklaim mereka berada di wilayah perairan milik sendiri.
Menanggapi hal itu, Kementerian Luar Negeri telah memanggil Duta Besar China untuk Indonesia. Menteri Luar Negeri, Retno LP Marsudi melayangkan nota protes keras terhadap Pemerintah China atas pelanggaran tersebut dan secara tegas menolak klaim China atas perairan Natuna Utara yang mengacu pada Nine Dash-Line atau sembilan garis imajiner itu.
Sementara Prabowo Subianto lebih memilih sikap dan pendekatan damai, yang menurutnya justru merupakan prinsip pertahanan.