“Dalam kasus Rusia, kami tidak memiliki bukti nyata, yang menguatkan intelijen yang mengarahkan ke dugaan itu. Itu perbedaan besarnya. Jika mereka melakukannya, itu akan menjadi tanggapan yang berbeda juga,” katanya, seraya menambahkan bahwa militer masih menggali masalah ini hingga sampai ke akarnya.
Presiden Donald Trump pada awalnya memberi label laporan tentang hadiah itu “hanya tipuan lain” yang dibuat oleh media.
Gedung Putih mengatakan Trump tidak diberi pengarahan oleh intelijen sampai setelah cerita ini mencuat.
Baca juga: Lawan Amuk Demonstran, AS Turunkan Pasukan Garda Nasional untuk Pertama Kali Setelah Perang Dunia II
Menurut pejabat intelijen Amerika, informasi terkait Rusia menawarkan hadiah kepada kelompok Taliban untuk membunuh pasukan Amerika dimasukkan dalam briefing kepada Trump pada akhir Februari.
Kamis kemarin adalah kali pertama Esper dan Milley bersaksi di depan Kongres sejak 4 Maret lalu. Ketika itu mereka hadir untuk membahas proposal kebijakan pertahanan Pemerintah. Hanya beberapa anggota panel yang hadir di ruangan itu, sisanya berpartisipasi dari jarak jauh karena pandemi virus Corona.