Ia mengaku seluruh rakyat dari Sabang sampai Merauke akan diberikan uang per kepala Rp3 miliar. Ia juga menyatakan Prabowo sebagai bagian dari King of The King yang akan bertugas membeli alutsista berupa 3.000 pesawat tempur buatan Eropa.
Pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati menilai ada dua hal yang harus dilihat di balik maraknya fenomena menjamurnya kerajaan-kerajaan baru ini, yaitu motif dan tren meningkatnya ketidakpercayaan publik.
Ia berpendapat kemunculan Keraton Agung Sejagat memiliki motif yang berbeda dibandingkan dengan tiga kerajaan fiktif lainnya. Kerajaan Agung Sejagat memiliki motif ekonomi, sama seperti investasi bodong yang menggalang dana ilegal dari masyarakat. Sementara tiga kerajaan fiktif lainnya, kata Devie, diduga muncul akibat menguatnya tren ketidakpercayaan publik terhadap sejumlah pihak. Mulai dari pemerintah, media hingga atasan mereka di kantor.
Baca juga: Rapor 100 Hari Kinerja Prabowo sebagai Menhan di Kabinet Indonesia Maju
Ia menuturkan, masyarakat cenderung percaya hal-hal yang berbau konspiratif, spekulatif dan mistis untuk menjawab segala rasa penasaran mereka secara singkat. Bahkan tren seperti ini juga terjadi hampir di seluruh dunia, termasuk negara Barat yang memiliki pola pikir serta kemampuan finansial lebih baik dibandingkan masyarakat Indonesia.
Menurut Devie, hal itu tidak terlepas dari derasnya arus informasi yang juga mengalir ke media sosial, sehingga mengakibatkan masyarakat menjadi kian bingung dalam memilah informasi.
Persoalan timbul ketika tidak sedikit masyarakat Indonesia yang cenderung malas bertanya dan mencari tahu kebenaran atas sebuah informasi.