“Ini bukan akhir dari Virgin Australia, tapi aku percaya awal yang baru. Aku berjanji kita akan bekerja siang dan malam untuk mengubah ini menjadi kenyataan.”
Pada Senin lalu Branson memperingatkan Virgin Atlantic akan terpuruk bila tak ada bantuan dari negara.
Sementara nasib maskapai lain seperti Norwegian Air mengumumkan empat anak perusahaannya di Swedia dan Denmark telah menyatakan bangkrut, dan ANA Jepang memangkas perkiraan laba bersih tahunan sebesar 71 persen.
Amerika Serikat telah menyisihkan miliaran dolar untuk mendukung maskapai raksasa American Airlines, Delta Air Lines, Southwest Airlines dan United Airlines.
Baca juga: Di Florida, Karantina Saat Covid-19 Membawa Berkah Bagi Penyu yang Hampir Punah
Hilangnya Virgin akan menjadi pukulan berat bagi warga Australia, yang bergantung pada perjalanan udara untuk berkeliling di negara yang luas itu. Serta untuk masa depan industri pariwisata yang mulai terhuyung-huyung akibat kebakaran hutan berbulan-bulan dan krisis Corona.
Australia hanya memiliki dua maskapai penerbangan layanan penuh, Virgin dan maskapai berbendera Qantas, yang memiliki dua anak cabang maskapai, Tiger Air dan Jetstar.
Pemerintah Australia mendesak investor asing Virgin yang secara kolektif memiliki saham 90 persen -termasuk Singapore Airlines dan Etihad Airways- untuk datang menyelamatkan maskapai ini.