TIKTAK.ID – Biasanya, gula darah melonjak setelah makan. Hal itu normal, terutama jika yang dikonsumsi adalah makanan tinggi karbohidrat.
Usai makan, tubuh mengalami dua reaksi penting yang terjadi di pankreas, yaitu pelepasan insulin dan pelepasan hormon yang disebut amylin. Mengutip Scrubbing, insulin bekerja dengan cepat untuk memindahkan glukosa keluar dari aliran darah dan masuk ke dalam sel. Sementara Amylin membantu mencegah makanan mencapai usus kecil terlalu cepat (tempat sebagian besar nutrisi diserap).
Kedua proses tersebut terjadi cukup cepat, sehingga sebagian besar waktu kenaikan glukosa darah setelah makan bersifat sementara, bahkan hampir tidak terlihat. Namun bagi penderita diabetes reaksi ini jadi terhambat. Pada penderita diabetes tipe 2, pankreas membuat insulin, namun sel tidak merespons sebagaimana mestinya. Hal itu disebut sebagai resistensi insulin.
Pelepasan insulin yang tertunda dan tingkat pencernaan yang lebih cepat membuat kadar gula darah naik sangat tinggi setelah makan.
Seperti dilansir CNNIndonesia.com, berikut ini cara mengontrol gula darah setelah makan, terutama bagi penderita diabetes.
- Membatasi makanan yang punya indeks glikemik tinggi
Mengutip berbagai sumber, makanan yang punya indeks glikemik tinggi biasanya mengandung karbohidrat dan gula olahan yang tinggi, cepat dicerna dan diserap, serta bisa menyebabkan peningkatan gula darah dengan cepat.
Sementara makanan dengan indeks glisemik rendah biasanya tinggi serat, protein, dan/atau lemak. Contohnya adalah buah-buahan seperti apel.
Sebaiknya Anda memilih makanan dengan indeks glisemik rendah untuk menghindari lonjakan gula darah.
- Kacang untuk cemilan
Jumlah makanan yang dikonsumsi akan sangat berpengaruh terhadap meningkatnya gula darah. Artinya, semakin besar porsi, maka kadar gula darah akan semakin meningkat.
Bila Anda memang ingin ngemil, pilih cemilan yang lebih sehat. Everyday Health menjelaskan bahwa fokus pada camilan yang menggabungkan karbohidrat, protein, dan lemak dapat membantu menstabilkan gula darah.
- Mewaspadai label “bebas gula”
Anda perlu hati-hati dengan alternatif bebas gula, yang lebih baik daripada versi gula asli, namun hampir tidak sehat. Hanya karena makanan diberi label “bebas gula”, “gula yang dikurangi”, atau “tanpa tambahan gula” tak berarti makanan tersebut bebas karbohidrat.
Anda dapat memeriksa jumlah total karbohidrat dalam suatu produk yang meliputi jumlah pati, serat, gula, dan gula alkohol. Jumlah itu bakal memberi Anda gambaran yang lebih akurat.