TIKTAK.ID – Kunjungan Menteri Pertahanan (Menhan) Indonesia, Prabowo Subianto ke Amerika Serikat (AS) beberapa hari lalu membetot perhatian media luar negeri.
Salah satu yang diangkat ialah isu tentang pelanggaran HAM Prabowo kala ia masih berada di dinas militer TNI.
Amnesty Internasional misalnya mengecam keputusan Departemen Luar Negeri AS yang memberikan Visa bagi Prabowo mengunjungi Washington.
Baca juga : Dihujat PDIP dan Dibanding-bandingkan Soal Ketegasan dengan Risma, Anies Dibela Nasdem dan Gerindra
Tapi Deplu AS tak peduli, sebab kunjungan Prabowo ini penting bagi kerja sama pertahanan Washington-Jakarta.
“Prabowo adalah Menteri Pertahanan yang ditunjuk oleh Presiden Indonesia Jokowi yang dua kali terpilih, di mana Indonesia merupakan negara demokrasi terbesar ketiga di dunia,” kata seorang pejabat Pentagon yang tak mau disebut namanya seperti dikutip dari The New York Times.
“Dia adalah teman kita, dari kemitraan yang sangat penting, dan penting bagi kita untuk terlibat dengannya dan memperlakukannya sebagai mitra,” tambahnya.
Baca juga : Genap Setahun Periode Kedua Jokowi-Ma’ruf di Mata Wong Cilik: Ampun, Angel Tenan, Cuma Makan Janji
Rupanya kengototan AS mengundang Prabowo ke Pentagon memang ada sebabnya.
Tepat sehari sebelum kedatangan Prabowo, para sekutu utama AS yang tergabung dalam “Five Eyes” yakni Australia, Kanada, Inggris Raya, dan Selandia Baru mengadakan pertemuan virtual pada 16 Oktober 2020 lalu.
Dikutip dari laman defense.gov, pertemuan itu diinisiasi oleh Menhan Kanada, Harjit S. Sajjan dan Five Eyes membahas situasi Indo-Pasifik dengan China sebagai lawan terberatnya.
Baca juga : Said Aqil Bilang Jokowi Cucu Kandung Nabi Musa, Bagaimana Faktanya?
Five Eyes ingin agar masing-masing negara anggota memaksimalkan hubungan bilateralnya dengan negara-negara Asia Tenggara dan Timur untuk membendung pengaruh China.
Bisa jadi ke depannya Five Eyes akan memberikan bantuan militer kepada negara-negara di Asia sebagai bentuk dukungan melawan kesewenang-wenangan China dalam klaim “Nine Dash Line”-nya.
Dalam pertemuan virtual itu dijelaskan jika AS menaruh perhatian khusus kepada militer Indonesia yang sedang digoda oleh Rusia dan China.
Baca juga : Meski Dikritik, Jokowi Serahkan Naskah UU Cipta Kerja ke NU, MUI dan Muhammadiyah
Washington tidak ingin Indonesia condong ke Blok Timur yang bisa menyebabkan kepentingan-kepentingan AS luntur seiring dengan berjalannya waktu.
Namun saat ini AS masih penasaran langkah apa yang dibuat China dan Rusia agar Jakarta berpihak kepadanya.
Atas alasan inilah maka Pentagon menutup mata-telinga atas kritikan dari berbagai pihak karena kedatangan Prabowo ke Washington dianggap terlalu penting nilainya dibandingkan “lagu usang” pelanggaran HAM di Indonesia.