
TIKTAK.ID – Seberapa lama durasi dan seberapa banyak aktivitas olahraga yang bisa dikatakan terlalu banyak? Sejumlah ilmuwan menyatakan tak ada olahraga yang terlampau banyak jika menyangkut masalah kesehatan jantung.
Hal ini dijelaskan dalam penelitian yang menghilangkan mitos bahwa aktivitas fisik tingkat tinggi bisa jadi tak selalu bermanfaat.
Penelitian mendapati “setiap gerakan penting” untuk meningkatkan kesehatan kardiovaskular, kata sejumlah ilmuwan itu, dengan risiko terendah penyakit jantung tampak pada orang yang paling banyak berolahraga.
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia -membunuh sekitar 18 juta orang dalam setahun secara global, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Seperti dilansir CNN Indonesia mengutip Reuters, penelitian ini, yang melibatkan lebih dari 90.000 orang yang diteliti dalam kurun lima tahun, mendapati bahwa mereka yang menempati 25 persen teratas dari orang-orang yang turut dalam aktivitas olahraga intensitas tinggi mempunyai rata-rata penurunan risiko penyakit jantung antara sekitar 54 persen dan 63 persen.
Mereka yang menempati kuartal teratas dari seluruh jenis olahraga -yang meliputi aktivitas dari sedang hingga berat- pengurangan risiko penyakit jantung rata-rata di kisaran antara 48 persen sampai 57 persen.
“Ini menghilangkan mitos bahwa ada batas maksimal di mana Anda seharusnya tak melakukan lebih banyak olahraga,” terang Rema Ramakrishnan, seorang ahli biostatistik dan ahli epidemiologi di Universitas Oxford yang turut memimpin penelitian.
“Tidak ada batasan terhadap apa yang bisa Anda lakukan dalam hal aktivitas fisik (untuk meningkatkan kesehatan jantung).”
Aiden Doherty, seorang profesor Oxford yang bekerja dengan Ramakrishnan, menyatakan hasil studi tersebut merupakan pendukung yang kuat bagi saran WHO bahwa orang perlu berusaha melakukan sekurangnya 150 sampai 300 menit latihan aerobik sedang sampai berat dalam seminggu.
“Ini merupakan studi terbesar yang pernah dilakukan tentang aktivitas fisik yang diukur menggunakan alat dan penyakit kardiovaskular,” jelasnya.
Ini menunjukkan bahwa “aktivitas fisik bisa jadi lebih penting dibandingkan yang kita duga sebelumnya”.
Penelitian yang diluncurkan dalam jurnal PLOS Medicine, memakai perangkat pelacak aktivitas yang dipakai di pergelangan tangan yang dinamai sebagai akselerometer secara akurat merekam aktivitas lebih dari 90.000 peserta yang diteliti.