
TIKTAK.ID – Menjelang Muktamar NU ke-34 di Lampung pada Desember mendatang, kandidat potensial calon Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa bakti 2021-2026 telah mengemuka. Setidaknya terdapat tiga nama yang menjadi calon kuat, yakni Ketua Umum PBNU saat ini, Said Aqil Siradj, Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf, dan Ketua PWNU Jawa Timur Marzuki Mustamar.
Walaupun sempat muncul desakan dari sejumlah pihak supaya ada regenerasi kepemimpinan, tapi PBNU kini masih di bawah bayang-bayang dominasi Said Aqil, yang notabene telah mengumumkan kesediaannya maju kembali di periode ketiga.
Untuk diketahui, selama menjabat sebagai Ketua Umum PBNU, Said Aqil dikenal memiliki hubungan dekat dengan elite politik, termasuk Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bahkan belum lama ini keduanya menggelar pertemuan tertutup di Istana Negara, guna membahas sejumlah isu mulai dari radikalisme sampai Muktamar NU.
Baca juga : Pemilih Jokowi dan Prabowo Tolak Presiden 3 Periode
Menurut Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic), Khoirul Umam, pertemuan tersebut tak bisa dinilai sebagai kehendak tersirat Jokowi untuk mendorong Said Aqil menjadi Ketua Umum PBNU lagi. Sebab, dia mengatakan presiden tidak mempunyai kapasitas dan otoritas menentukan Ketua Umum PBNU selanjutnya.
Umam menyatakan pertemuan itu hanya sebuah tradisi bagi pimpinan NU untuk membahas isu terkini sekaligus menyampaikan informasi ataupun undangan perihal pelaksanaan muktamar. Akan tetapi, dia tidak menampik bahwa pertemuan itu dapat ditafsirkan lain oleh publik, yaitu Said Aqil tengah menunjukkan kedekatannya dengan lingkaran kekuasaan, dalam hal ini presiden.
“Pertemuan dengan presiden dapat ditafsirkan seolah-olah ingin menunjukkan kepada pemilik suara pada level PWNU, PCNU, bahwa beliau memiliki relasi yang dekat dan kuat dengan lingkaran kekuasaan, konteksnya dengan presiden,” ungkap Umam, seperti dilansir CNNIndonesia.com, Rabu (13/10/21).
Baca juga : Risma Ngamuk ‘Lagi’, Kali ini ke Mahasiswa di Lombok Timur
Umam menyebut Said Aqil dianggap telah menorehkan catatan bagus yang berdampak positif pada muruah organisasi. Dia menganggap NU di bawah kepemimpinan Said Aqil memiliki karakter yang berani, tegas dan kuat. Dia menjelaskan, hal itu tampak ketika berhadapan dengan kekuatan Islam konservatif, baik di ranah kultural maupun struktur kekuasaan.
Tidak hanya itu, Umam berpendapat tindakan NU dalam menghadapi hal seperti ini ikut memberikan keuntungan bagi Pemerintahan Jokowi.
“Kekuasaan yang sedang berjalan sekarang juga diuntungkan. Sebab, dalam konteks berhadapan dengan kekuatan Islam konservatif, otoritas keagamaan NU quote unquote menjadi bamper, perisai yang kemudian berhadapan dengan kekuatan mereka,” terangnya.