“Perusahaan teknologi raksasa ini adalah ‘Polisi Pemikiran” bagi pemerintah AS: Facebook dan Instragram menghapus postingan mereka yang menyatakan dukungan untuk jenderal tinggi Iran, Soleimani,” tulis wartawan Ben Norton di akun Twittenya. “Mereka mengklaim hal itu untuk mematuhi sanksi Amerika, tapi bagaimana sebuah postingan dapat melanggar sanksi?”
Pemerintah Amerika menetapkan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) sebagai organisasi teroris asing pada tahun lalu. Hal itu adalah langkah yang belum pernah dilakukan sebelumnya terhadap militer sebuah negara yang berdaulat.
Baca juga: 6 Fakta Di Balik Pembunuhan Jenderal Iran Qassem Soleimani yang Tidak Diungkap Media
Pasukan elit Quds IRGC, yang dipimpin Soleimani merupakan salah satu pasukan yang menumbangkan gelombang teror kelompok ISIS di Suriah. Namun secara teknis karena Washington menganggapnya sebagai kelompok teroris, maka Facebook memiliki alasan kuat untuk mendeteksi setiap postingan kritis terkait pembunuhan yang dilakukan oleh AS kepada Komandan Pasukan elit Quds IRGC Soleimani,
Ketika Facebook bekerja sebagai ‘polisi pemikiran’ atas nama pemerintah Amerika, Washington memperjuangkan kebebasan berbicara dan memperingatkan Teheran agar tak membatasi akses internet bagi rakyat Iran. Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara pribadi menyatakan dukungan yang tak tergoyahkan kepada demonstran anti-pemerintah Iran.