
TIKTAK.ID – Kisah penumpang KRL Manggarai-Bekasi tertidur sampai terkunci dalam gerbong, ramai diperbincangkan di media sosial.
Meski tertidur dalam KRL telah dialami oleh banyak penumpang namun selalu ada yang bisa terbangun ketika sampai stasiun tujuan.
Serupa dengan bangun pagi lebih awal dari bunyi alarm yang telah diatur untuk membangunkan. Bahkan banyak orang mengalamni bangun tepat waktu sesuai kebutuhan tanpa menggunakan alarm.
Berikut penjelasan tentang fenomena tersebut sebagaimana dilansir The Cut.
Rutinitas yang Diadaptasi Tubuh
Rutinitas dipelajari tubuh manusia. Orang-orang dengan rutinitas perjalanan melalui akses dan jalur serupa sehari-hari, sangat mungkin jam biologisnya bakal mengidentifikasi titik tertentu yang mengharuskan agar terjaga walaupun sempat tertidur.
“Tubuh dapat mempelajari rutinitas, selama itu merupakan rutinitas,” ujar Marc I Leavey, seorang dokter di Marryland.
Mekanisme tersebut bisa jadi tak berlaku saat bepergian dalam waktu yang berbeda atau rute yang tak sama. Misalnya perubahan jam perjalanan maupun jalur atau rutenya.
Walaupun Terlelap, Telinga Tetap Mendengar
Tak seluruh bagian otak benar-benar tertidur walaupun mata terpejam saat terlelap. Pengumuman melalui loud speaker saat hendak sampai di stasiun tertentu, memungkinkan dapat terdengar dan diproses oleh otak sebagai bentuk alarm agar membangunkan seseorang dari terlelap.
“Otak dapat menyerap beberapa stimulus kala tidur,” terang Leavey.
Sebuah penelitian di Public Lybrary of Science menyebutkan bahwa saat terlelap, otak seseorang memberikan respons beragam ketika terdengar namanya disebutkan, daripada saat mendengar suara orang lain.
Belum Terlelap Sepenuhnya
Saat seseorang terlelap ada kemungkinan belum sepenuhnya tertidur melainkan sekadar memejamkan mata. Orang tersebut tak dapat merasakan lagi perbedaan tidur dan mengantuk, acapkali terjadi jika kurang tidur.
Bagaimana dengan yang Tidur Terlanjur Pulas?
Pada kenyataannya, tak sedikit juga yang terlanjur pulas sebagaimana kisah viral di media sosial tersebut. Ada berbagai faktor yang mempengaruhinya, termasuk ukuran kondisi tertidurnya pada saat berada di kereta. REM atau rapid eye movement menandai fase paling pulas dalam tidur.
“Jika Anda dalam fase tidur REM, maka akan lebih sulit untuk terbangun,” sebut Leavey.