Hingga saat ini diperkirakan 10 ribu tahanan Taliban ditahan di Afghanistan, tapi Taliban mengklaim beberapa dari mereka yang ditahan sebenarnya bukan pejuang.
Sejak invasi Amerika Serikat 19 tahun lalu, sudah terjadi beberapa kali pertukaran tahanan tingkat tinggi dan pembebasan anggota kelompok Taliban.
Pada November 2019, dua sandera Barat yang ditahan Taliban dibebaskan. Sebagai imbalannya, Kabul menyerahkan tiga tahanan senior Taliban, termasuk Anas Haqqani, adik laki-laki Sirajuddin Haqqani, pemimpin jaringan Haqqani, sebuah faksi Taliban yang kuat.
Pertukaran tahanan dipandang sebagai upaya “niat baik” untuk memulai negosiasi damai Amerika-Taliban setelah Presiden AS Donald Trump dengan tiba-tiba mengakhiri pembicaraan, pasca meningkatnya serangan Taliban.
Baca juga: Langkah Turki di Idlib Temui Jalan Buntu
Sebelumnya, pada 2014, lima anggota senior Taliban dibebaskan dari fasilitas penahanan militer AS di Teluk Guantanamo, Kuba, dengan imbalan seorang tentara AS yang ditangkap Taliban, Bowe Bergdahl.
Lima mantan tahanan Teluk Guantanamo itu berbasis di Qatar, dan kini mereka mengambil bagian dalam negosiasi perdamaian dengan para pejabat Amerika.
Kemudian, pada 2013, mantan Presiden Hamid Karzai secara kontroversial membebaskan sejumlah tahanan Taliban dari sebuah penjara yang sebelumnya dikelola Amerika di dekat Kabul. Hal itu dilakukan sebagai upaya meyakinkan kelompok Taliban untuk membuka pembicaraan perdamaian langsung dengan Kabul.
Namun, langkah-langkah itu gagal meyakinkan Taliban untuk duduk di meja perundingan. Para analis mengatakan beberapa dari mereka yang dibebaskan kembali ke Taliban, memperkuat barisan mereka, dan meningkatkan kemampuan pemberontakan di medan perang.