TIKTAK.ID – Sebuah serangan bom yang menargetkan wakil Presiden Afghanistan, Amrullah Saleh menyebabkan sedikitnya 10 orang tewas. Akibat serangan pada Rabu (9/9/20 itu Saleh mengalami luka ringan di wajah dan tangannya.
Serangan bom yang terjadi di pinggir jalan Ibu Kota Afghanistan, Kabul itu terjadi ketika para pejabat Afghanistan dan Taliban bersiap untuk memulai pembicaraan damai resmi mereka untuk pertama kalinya, tulis BBC.
Juru Bicara Taliban, Zabihullah Mujahid mengatakan melalui akun Twitternya bahwa mereka bukan pelaku ledakan itu.
Rekaman yang beredar di internet tidak lama setelah ledakan menunjukkan asap hitam besar mengepul dari tempat kejadian.
Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Tareq Arain mengatakan bahwa serangan bom itu menargetkan konvoi Saleh saat dia berangkat bekerja. Arain mengatakan 10 warga sipil yang bekerja di daerah itu tewas dan 15 orang, termasuk salah satu pengawal Saleh, terluka.
Seorang saksi ledakan mengatakan dia mengemudi melewati lokasi itu dalam perjalanan ke klinik ketika bom meledak.
“Saya kehilangan salah satu saudara saya, dan yang lainnya terluka,” kata pria itu kepada kantor berita Reuters segera setelah ledakan itu. “Pemerintahan macam apa ini? Tidak ada ambulans, dan bahkan polisi pun belum datang,” protesnya.
Saleh merupakan mantan Kepala Badan Intelijen Afghanistan dan dikenal sebagai lawan paling vokal Taliban. Dia telah selamat dari sejumlah upaya pembunuhan sebelumnya, termasuk pada tahun lalu yang menewaskan 20 orang di kantornya. Berbicara setelah ledakan pada Rabu, dia berjanji untuk melanjutkan pekerjaan politiknya.
Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani bertemu dengan Saleh setelah serangan itu, pada Rabu pagi.
“Para teroris dan pendukung asing mereka tidak dapat merusak keyakinan kuat rakyat pada perdamaian, demokrasi dan masa depan cerah negara kami,” kata Ghani dalam sebuah pernyataannya.
Delegasi Uni Eropa di Afghanistan mengutuk serangan itu, menyebutnya sebagai “tindakan putus asa oleh perusak upaya perdamaian, yang harus dihadapi secara kolektif”.
Para pejabat Afghanistan diperkirakan akan memulai pembicaraan yang lama tertunda dengan Taliban dalam beberapa hari mendatang di Doha, Qatar, dalam upaya mencapai rekonsiliasi politik setelah bertahun-tahun pertumpahan darah.
Taliban menandatangani kesepakatan pada Februari dengan Amerika untuk mengakhiri konflik selama 18 tahun antara keduanya. Perjanjian perdamaian menyepakati penghentian serangan Taliban terhadap pasukan Amerika tetapi kelompok militan terus menargetkan militer dan Pemerintah Afghanistan.
Namun Taliban pada Februari lalu berjanji untuk tidak melancarkan serangan di daerah perkotaan, seperti yang terjadi di Kabul pada Rabu ini.
Kelompok yang disebut ISIS juga telah melancarkan berbagai serangan tingkat tinggi di Afghanistan dalam beberapa tahun terakhir.
Pada Agustus, kelompok itu mengaku bertanggung jawab atas operasi terhadap sebuah penjara di kota Jalalabad timur yang menewaskan 29 orang dan memungkinkan ratusan narapidana melarikan diri.