Tren ‘Mouth Taping’ untuk Hilangkan Kebiasaan Mendengkur, Aman atau Berbahaya?

TIKTAK.ID – Belakangan ini viral tren “mouth taping” di media sosial. Tren menutup mulut dengan lakban ketika tidur ini diyakini mampu menghilangkan kebiasaan mendengkur dan membiasakan diri bernapas lewat hidung, karena udara yang masuk diklaim lebih hangat, tersaring, dan lembab.
Cara ini juga dinilai bisa mengurangi keluhan-keluhan akibat bernapas dari mulut, seperti mengurangi bau mulut, mulut kering, hingga gigi berlubang. Selain itu, ada pula yang meyakini kalau “mouth taping” dapat mengubah struktur rahang dan dagu. Akan tetapi dari sisi medis, apakah tindakan “mouth taping” aman atau justru berbahaya?
Suara mendengkur sendiri dihasilkan dari getaran jaringan-jaringan lunak pada saluran napas atas selama tidur. Normalnya ketika tidur, tonus otot berkurang, sehingga jaringan jadi lebih rileks. Saat aliran udara melewati jaringan itu, terjadi getaran yang terdengar sebagai suara mendengkur.
Baca juga : Kenali Tren Jalan Kaki 6-6-6
Umumnya mendengkur sesekali memang tidak berbahaya, namun patut diwaspadai dan dicari tahu penyebabnya jika terjadi secara terus-terusan. Mendengkur termasuk salah satu gejala paling sering dari Obstructive Sleep Apnea (OSA).
Baik mendengkur dan OSA, sama-sama terjadi hambatan saluran napas atas, tapi letak perbedaannya ada pada derajat berat dan gangguan kesehatannya. Pasien dengan OSA setidaknya punya minimal lima episode (tiap jam) henti napas atau napas yang dangkal selama tidur (minimal 10 detik per episodenya).
Bukti ilmiah tentang manfaat “mouth taping”
Baca juga : Terlalu Sering Nail Art Bisa Sebabkan Infeksi Jamur Hingga Gangguan Pernapasan
Sampai saat ini hanya terdapat sedikit bukti soal manfaat “mouth taping”. Setidaknya ada dua penelitian skala kecil saja yang mengeklaim terjadi sedikit perbaikan kondisi klinis pada penderita OSA derajat ringan, yang satu dengan “mouth taping” saja, dan yang satu dengan “mouth taping” disertai Mandibular Advancement Device (MAD). Akan tetapi, hasil itu tidak signifikan.
Kemudian pada penelitian-penelitian lainnya, tak ditemukan manfaat “mouth taping” terhadap OSA. Selain itu, belum ada penelitian yang menyebut “mouth taping” bisa memperbaiki struktur rahang ataupun wajah seperti yang diyakini di media sosial.
Lantas bagaimana dengan keyakinan penggunaan “mouth taping” dapat membuat udara yang masuk saluran napas jadi lebih hangat, tersaring, dan lembab? Pernyataan ini masuk akal untuk dipikirkan, khususnya pada orang-orang dengan saluran napas yang hipersensitif terhadap allergen, seperti pada pasien asma.
Baca juga : Kenali Ciri-ciri Melemahnya Fungsi Paru di Usia MudaBaca juga : Vaksin HPV Bikin Mandul dan Menopause Dini, Mitos atau Fakta?
Namun faktanya dalam penelitian yang dilakukan Cooper (2009), yang membandingkan 25 penderita asma yang memakai “mouth taping” dan 25 penderita asma yang tidak menggunakan “mouth taping”, ternyata tak terbukti terjadi perbaikan klinis pada subjek penelitian.
Adapun efek samping yang pernah dilaporkan dari penggunaan “mouth taping”, termasuk rasa cemas ketika mulut ditutup, rasa tak nyaman atau kesulitan bernapas lewat hidung, iritasi pada atau sekitar mulut, rasa nyeri saat melepaskan lakban dari mulut, serta kesulitan tidur karena rasa tidak nyaman akibat penggunaan lakban atau bernapas melalui hidung.







![TIKTAK.ID - TIKTAK.ID - [CEK FAKTA ATAU HOAKS] Foto 'Karena Virus Corona, Ka’bah Sepi Orang Thawaf'](https://i0.wp.com/www.tiktak.id/wp-content/uploads/2020/03/KABAH-SEPI-1.jpg?resize=130%2C130&ssl=1)


