
TIKTAK.ID – Sebuah studi terbaru mengungkap bahwa pandemi virus Corona pada tahun lalu telah membuat lebih dari 200 negara di dunia mengalami peningkatan gangguan depresi dan kecemasan hingga sepertiga jumlah penduduk.
Sementara “gangguan mental yang telah menjadi penyebab utama beban terkait kesehatan global” sejak sebelum pandemi, penyebaran virus yang ditakuti dan tindakan pembatasan untuk memerangi penyakit telah menambah beban tersebut.
Hal itu disampaikan oleh sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis Lancet pada Jumat (8/10/21), seperti yang dilaporkan RT News.
Tambahan 53,2 juta kasus -meningkat 27,6 persen- gangguan depresi mayor dan 76,2 juta kasus gangguan kecemasan telah menambah jumlah orang yang menderita masalah kesehatan mental, menurut para peneliti.
Untuk mengukur dampak pandemi pada area tertentu, tim menganalisis tingkat infeksi harian Covid-19, pembatasan mobilitas orang-orang, dan tingkat kematian berlebih harian. Ternyata lokasi yang paling parah terkena dampak berdasarkan dua kriteria pertama berhubungan dengan mereka yang memiliki lonjakan gangguan depresi dan kecemasan yang terdokumentasi.
Penelitian itu kemudian menyimpulkan bahwa peningkatan infeksi dan penurunan mobilitas “berhubungan secara signifikan” dengan memburuknya kesehatan mental.
Bagaimanapun, tim penelitian itu menemukan bahwa tingkat kematian yang berlebihan “tidak terkait dengan perubahan prevalensi untuk gangguan depresi mayor atau gangguan kecemasan”.
Studi ini juga menemukan bahwa kesehatan mental pada wanita lebih mudah terganggu oleh pandemi daripada pria. Orang yang lebih muda terkena dampak lebih banyak dari kelompok usia yang lebih tua, karena mereka menderita kurangnya interaksi dengan teman sebaya setelah sekolah ditutup dan pembatasan sosial lainnya diberlakukan.
“Selain itu, kaum muda lebih cenderung menjadi pengangguran selama dan setelah krisis ekonomi daripada orang yang lebih tua,” sebut para peneliti.
Studi itu juga memperingatkan bahwa gangguan kesehatan mental dapat menambah risiko penyakit lain dan bunuh diri, maka studi tersebut meminta pemerintah di seluruh dunia untuk memperkuat sistem kesehatan mental.
“Mereka harus mempertimbangkan pesan kesehatan masyarakat tentang dampak kesehatan mental dari Covid-19, bagaimana individu dapat mengelola kesehatan mental mereka dengan baik, dan jalur yang ditentukan dengan baik untuk penilaian dan akses layanan,” kata surat kabar itu.