TIKTAK.ID – Mantan Direktur FBI, James Comey mengatakan dalam sebuah wawancara dengan The Guardian bahwa dia “muak” melihat Capitol diserbu oleh pengunjuk rasa pendukung Presiden Donald Trump. Ia menyebut insiden itu sebagai “kegagalan seperti 9/11” dan membandingkannya dengan bencana nuklir Chernobyl.
Dilansir Sputniknews, Selasa (19/1/21), mantan petinggi FBI yang dipecat Trump pada 2017 itu menguraikan perbandingannya yang mengejutkan dengan mengklaim bahwa AS selalu menjadi “campuran radioaktif” dari kekerasan dan rasisme yang bertempat di gedung penahanan hukum dan diawasi oleh “tuas kendali” ekspektasi budaya.
Comey melanjutkan dengan mengklaim bahwa tindakan Trump yang melemahkan bangunan penahanan dan menarik tuas kendali, yang sebaliknya bertanggung jawab untuk mencegah reaksi berantai yang tidak terkendali di reaktor nuklir.
“Apa yang telah dilakukan Donald Trump selama lima tahun terakhir adalah menyerang gedung dari luar untuk melemahkan fondasinya. Dia mencabut tuas kendali, dan itu adalah resep untuk bencana nuklir, pelepasan radioaktif. Itulah yang Anda lihat di Capitol Hill, Chernobyl bagi kita sendiri, ketika kekerasan radioaktif dan rasisme Amerika yang buruk meledak di depan umum,” klaim mantan Direktur FBI itu.
Lebih lanjut Comey menyatakan bahwa kerusuhan 6 Januari itu, yang disebutnya sebagai “pengalaman mendekati kematian” bagi demokrasi AS, membutuhkan penyelidikan atas penyebab yang mendasarinya seperti Komisi 9/11.
Pada saat yang sama, mantan Direktur FBI ini memperingatkan agar tidak mencoba menghukum Trump di pengadilan Federal melalui persidangan “blockbuster”, dengan alasan bahwa itu hanya akan merugikan negara.
Dia malah menyarankan untuk mencoba mengadili POTUS di pengadilan New York atas dugaan tindakan penipuan bank dan asuransi sebelum mengambil alih kursi kepresidenan.
Comey menjabat sebagai Direktur FBI selama empat tahun sebelum dipecat oleh Trump pada Mei 2017. Keputusan Trump itu dibenarkan dengan adanya rekomendasi yang diterimanya dari Jaksa Agung, Jeff Sessions dan wakil terakhir Rod Rosenstein. Keduanya merekomendasikan agar Comey diberhentikan karena kasus penyelidikan penggunaan server email pribadi Hillary Clinton untuk kebutuhan pekerjaan selama masa jabatannya sebagai Menteri Luar Negeri.
Namun, Trump kemudian mengatakan bahwa dia akan tetap memecat Comey bahkan jika tak ada rekomendasi dari Jaksa Agung.