
TIKTAK.ID – Di tengah ancaman resesi ekonomi yang saat ini menghantui sejumlah negara, Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebut-sebut berhasil menjaga stabilitas ekonomi Indonesia, sehingga terhindar dari potensi tersebut.
Menurut Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago, setidaknya terdapat sebanyak 20 negara di dunia yang berpotensi mengalami resesi ekonomi. Kemudian dia mengatakan Indonesia di bawah kepemimpinan Jokowi punya daya tahan yang cukup kuat, hingga mampu terhindar dari resesi.
“Sekarang ada 20 negara yang terancam krisis pangan, dan kemungkinan mengalami resesi. Namun Indonesia memiliki daya tahan, sehingga tidak masuk dalam negara yang berpotensi resesi,” ujar Pangi, seperti dilansir Sindonews.com.
Baca juga : Jokowi Sukses Bawa ‘Oleh-oleh’ Rp 185 Triliun dari Kunjungan ke Asia Timur
Meski begitu, Pangi memperingatkan agar bangsa Indonesia tidak lengah. Pasalnya, kata Pangi, pertarungan dunia global kini relatif tidak stabil sehingga dapat memunculkan potensi yang tidak terduga.
Pangi menilai berbagai langkah dan kebijakan yang dilakukan oleh Presiden Jokowi merupakan upaya jitu dalam menjaga eksistensi Indonesia. Dia menganggap hal itu membuat Indoensia mampu terhindar dari potensi resesi ekonomi.
Selain itu, Pangi menyatakan kunjungan Jokowi ke berbagai negara eropa dan teranyar ke negara-negara Asia Timur berpotensi memperkuat posisi Indonesia. Dia melanjutkan, terutama untuk menekan konflik dan menjauhkan negara-negara berkembang dari resesi.
Baca juga : Antisipasi Kabur ke Luar Negeri, Polri Minta Imigrasi Cekal 4 Bos ACT
“Kita ini diperhitungkan sebagai negara besar di dunia, dan negara yang pertumbuhan (ekonominya) stabil,” ucap Pangi.
Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira mengklaim saat ini Indonesia masih belum masuk ke dalam resesi. Dia menduga tantangan yang mendorong Indonesia dapat terjerumus ke jurang resesi bisa dilihat pada akhir 2022, atau awal 2023.
“Kalau untuk resesi ekonomi, sejauh ini masih belum. Namun tantangan paling besar ada di akhir 2022 atau awal 2023, di mana negara-negara tetangga yang mengalami tekanan seperti Laos dan Myanmar dapat berpengaruh pada perdagangan dan stabilitas moneter di dalam negeri,” tutur Bhima, mengutip Kompas.com, Selasa (26/7/22).
Baca juga : Tak Ada Progres, Jokowi Coret 8 Proyek Strategis Nasional
Bhima menjelaskan, masalah inflasi yang terjadi di beberapa negara dan mendorong bank sentral untuk menaikkan suku bunga bisa menjadi faktor pendorong Indonesia menuju resesi. Kemudian dia menyebut masalah fluktuasi nilai tukar rupiah juga memengaruhi.










