TIKTAK.ID – Ribuan orang turun ke jalan di Bangkok Thailand, pada Sabtu (14/12/19), menyusul keputusan Pemerintah mantan penguasa militer Prayuth Chan-ocha untuk melarang partai oposisi. Demonstrasi ini bisa dibilang demonstrasi terbesar di Thailand sejak kudeta pada 2014, seperti yang dilaporkan Reuters.
Demonstrasi di Bangkok ini diserukan sehari sebelumnya oleh pemimpin partai Future Forward Thanathorn Juangroongruangkit, miliader berusia 41 tahun. Demonstrasi ini menghidupkan lagi kenangan akan hiruk pikuk protes yang mengguncang Ibu Kota Thailand secara berkala dalam dua dekade terakhir akibat turbulensi politik.
Namun tak ada tanda-tanda upaya memblokir demonstrasi terbesar sejak Prayuth merebut kekuasaan pada 2014 dan berjanji untuk mengakhiri kerusuhan.
“Ini baru permulaan,” kata Thanathorn kepada demonstran yang bersorak-sorai di trotoar dan tangga dekat mal MBK Center, di jantung kawasan perbelanjaan dan bisnis Bangkok.
Baca juga: Raja Thailand Lucuti Gelar Kehormatan Selir Sineenat yang Dicap Tak Setia
Thanathorn muncul sebagai lawan paling vokal bagi pemerintahan Prayuth, 65, sejak pemilihan pada bulan Maret yang menurut oposisi telah dimanipulasi untuk menguntungkan tentara.
Panel pemilihan Thailand telah meminta Mahkamah Konstitusi untuk membubarkan partai Future Forward. Mereka menuduhnya melanggar undang-undang yang mengatur partai politik dengan menerima pinjaman jutaan dolar dari Thanathorn.
Pada bulan lalu, Mahkamah Konstitusi mendiskualifikasi Thanathorn sebagai anggota parlemen. Alasannya, karena Thanathorn diduga memegang saham di perusahaan media pada tanggal pencalonan pemilihannya didaftarkan. Namun, Thanathorn membantah keputusan itu.
Di antara demonstran pada Sabtu ini ada beberapa yang mengenakan “baju merah” veteran, yaitu pendukung pemimpin populis yang sebelumnya digulingkan, Thaksin Shinawatra. Kelompok “baju merah” ini pernah bentrok dengan kaum konservatif “baju kuning” -loyalis garis keras istana dan tentara- di Bangkok.
Baca juga: China Berang Dituduh Amerika Tindas Hongkong
Di antara para demonstran kali ini terdapat kaum muda yang baru pertama kali melakukan aksi unjuk rasa.
“Sekarang sudah waktunya,” kata pekerja kantor Pantipa Tiakhome, 30. “Mereka telah melakukan segalanya untuk menghalangi demokrasi agar tidak berkembang.”
Dengan menggunakan media sosial, Thanathorn menyatukan kaum muda Thailand. Sementara itu, tentara membuat pernyataan jelas atas ketidaksukaannya pada gerakan yang mereka tuduh berusaha untuk menggalang kaum muda melawan monarki dan angkatan bersenjata.
“Hari ini adalah pamer kekuatan sehingga di masa depan orang lain dapat bergabung dengan kami. Kami baru saja hari ini di sini sebagai percobaan. Berdoa saja, jangan takut dulu. Pertunjukan sebenarnya adalah bulan depan,” kata Thanathorn.
Baca juga: Hongkong Lautan Api
Oposisi pemerintah juga merencanakan aksi lanjutan, “Maju Melawan Kediktatoran”, pada 12 Januari tahun depan.
Sabtu ini, Thanathorn juga menandatangani perjanjian dengan enam partai aliansi oposisi untuk mendorong perubahan konstitusi yang disusun oleh junta sebelum pemilihan. Thanathorn juga mendapat dukungan dari partai aliansi oposisi untuk melakukan protes hari ini.
Salah satunya adalah Partai Pheu Thai, yang memiliki hubungan dengan Thaksin, yang hidup dalam pengasingan sejak dia digulingkan pada 2006. Sementara, kakaknya digulingkan sebagai Perdana Menteri Thailand kala itu oleh Prayuth.
Sementara Prayuth menanggapi demonstrasi itu mengatakan kepada wartawan pada Jumat (13/12/19), bahwa tidak pantas mengadakan demonstrasi menjelang akhir tahun.
Baca juga: Babak Baru Akhir Perseteruan Erdogan-Trump