
TIKTAK.ID – Riset membuktikan bahwa sebagian besar perempuan lebih sering mencukur rambut kemaluan mereka. Faktor higienitas biasanya menjadi alasan utama. Namun, terlepas dari faktor higienitas, menurut para ahli rambut kemaluan memiliki beberapa manfaat dan kegunaan.
Seperti dikutip dari laman Greatist, teori pertama menyebutkan rambut kemaluan yang muncul pada masa pubertas jadi pertanda bahwa seseorang sudah bisa bereproduksi. Rambut-rambut tersebut juga akan melindungi kulit dari gesekan yang timbul ketika melakukan hubungan intim.
Sedangkan teori kedua mengaitkannya dengan produksi keringat dalam tubuh. Kelenjar apocrine yang terdapat pada area ketiak dan kemaluan mengeluarkan zat pheromone dalam bentuk keringat dan bau tubuh yang menarik lawan jenis.
Itulah sebabnya, para perempuan mengeluarkan pheromone yang berbeda ketika mengalami ovulasi untuk menarik lawan jenis.
Namun kembali ke soal pilihan, tetap saja rambut di area vital bagi perempuan kerap dianggap sebagai hal dilematis.
Beberapa dari mereka memutuskan untuk mencukurnya demi keindahan. Namun, beberapa juga membiarkannya tumbuh untuk alasan kesehatan.
Riset menunjukkan, mayoritas perempuan memutuskan untuk mencukur rambut kemaluan atau bulu di area vagina mereka.
Padahal, tercatat sekitar 60 persen perempuan mengalami setidaknya satu komplikasi kesehatan karena mencukur rambut kemaluan.
Para ahli mengatakan mencukur bulu di area vital memang berpotensi mendatangkan efek negatif dan merugikan.
Dr Vanessa Mackar, Konsultan Obstetrician dan Ginekolog dari Royal College of Obstetricians and Gynecologists, Inggris, menyebut rambut kemaluan atau bulu di vagina dapat menjadi dasar untuk menjaga kebersihan.
“Rambut kemaluan menjadi penghalang alami untuk menjaga kebersihan, untuk mengurangi kontak dengan virus dan bakteri, dan untuk melindungi kulit halus vulva,” katanya.
Baca juga: 6 Manfaat Kesehatan yang Bisa Diperoleh Wanita dari Konsumsi Air Kelapa
Menurut dia, rambut kemaluan juga mencegah partikel asing seperti debu dan bakteri patogen agar tak gampang masuk ke tubuh.
Selain itu, rambut di area vagina juga membantu mengontrol kelembaban area sehingga menurunkan risiko infeksi jamur.
Sayangnya, sebagian besar orang memilih mencukur rambut kemaluan mereka. Padahal, mencukur rambut kemaluan berpotensi menimbulkan rasa gatal atau kemerahan pada area kemaluan.
Dampak lainnya, rambut yang tumbuh setelah dicukur atau di-wax akan cenderung tumbuh ke arah dalam (ingrown hair) sehingga menyebabkan peradangan dan muncul bercak-bercak pada kulit.
Selain itu, kulit akan mengalami abrasi (penipisan akibat benda tajam) secara perlahan yang berpotensi mudah tertular atau menularkan Penyakit Menular Seksual (PMS).
Mencukur rambut kemaluan, baik dengan pisau cukur atau waxing, kata Mackar, dapat berisiko iritasi dan membuat folikel rambut yang tertinggal terinfeksi. Selain itu bisa juga meninggalkan luka mikroskopis.
“Ketika iritasi itu dikombinasikan dengan lingkungan yang hangat dan lembab di area kemaluan, ini mendatangkan risiko berkembangnya bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit,” tambah dia.
Rambut kemaluan di daerah genital juga membantu meminimalkan kontak kulit dengan seseorang yang mungkin sudah memiliki penyakit menular seksual.
Ini terjadi karena rambut di area vital akan membantu mencegah kontraksi.
“Mencukurnya bisa sangat merugikan karena membuat wanita berisiko lebih tinggi terkena penyakit kelamin, seperti kutil kelamin,” kata Mackay.
Baca juga: Hati-Hati, Gejala Sakit Jantung pada Wanita Sulit Dikenali
Hal ini juga dapat menyebabkan kerusakan ringan yang tidak nyaman, seperti luka bakar, kemerahan, lecet dan gatal.
Selain memiliki efek negatif, mencukur dapat meningkatkan kecepatan dan ketebalan pertumbuhan.
Menghindari risiko ini, beberapa wanita mungkin lebih memilih untuk mengeringkan rambut kemaluan mereka ketimbang mencukurnya. Cara ini dianggap dapat mengurangi pertumbuhan rambut secara keseluruhan.
Namun, mencukur dan mengeringkan rambut kemaluan juga tak dapat menyelesaikan masalah, karena kedua metode tersebut dapat menyebabkan rambut tumbuh ke dalam.
Dan, ketika rambut tumbuh ke dalam kulit, ini dapat menyebabkan benjolan kecil di area vagina.
Rambut yang tumbuh ke dalam memang tidak berbahaya dan akan hilang dengan sendirinya.
Menarik rambut kemaluan pun dapat menyebabkan kerusakan kulit dan infeksi. Bahkan, dapat menimbulkan rasa sakit yang berakibat pada infeksi atau radang, yang dikenal dengan folikulitis.
Dalam banyak kasus, folikulitis akan hilang dengan sendirinya. Namun, jika terjadi dalam kondisi parah, dokter biasanya memberikan antibiotik untuk mengobati kondisi tersebut.