TIKTAK.ID – Operator pipa minyak milik negara Kroasia JAAF mengatakan akan menghentikan pasokan minyak ke perusahaan minyak dan gas NIS milik Serbia mulai pertengahan Mei, sebagai akibat sanksi terbaru yang diperkenalkan oleh UE terhadap Rusia.
Gazprom Rusia memiliki 56,15 persen saham di NIS, yang merupakan salah satu perusahaan minyak dan gas terbesar di Eropa tenggara. Korporasi ini berfokus pada eksplorasi, produksi dan pemrosesan minyak dan gas, serta produksi dan ritel produk minyak bumi. Pemerintah Serbia memiliki 29,87 persen saham di perusahaan tersebut, seperti yang dilansir RT.
Pada bulan Januari, JAAF menandatangani kesepakatan transportasi minyak mentah dengan NIS untuk tahun 2022. Perusahaan Serbia menyediakan kapasitas JAAF untuk transportasi sekitar 3,2 juta ton minyak mentah untuk setahun penuh. Namun, JAAF tidak akan dapat melanjutkan transportasi minyak mentah ke Serbia setelah 15 Mei berdasarkan kontrak ini kecuali sanksi UE terhadap perusahaan Rusia dicabut, kata operator Kroasia dalam pengajuan ke bursa Zagreb.
Saat ini tidak mungkin untuk memperkirakan durasi potensial dan intensitas sanksi di masa depan terhadap Rusia, sehingga sulit untuk mengevaluasi semua dampak dari tindakan ini terhadap kinerja JAAF dan apakah tindakan tersebut akan membahayakan posisi keuangannya pada tahun 2022, tulis perusahaan menambahkan.
Salah satu perusahaan Rusia yang terkena sanksi adalah Gazprom Neft, bersama dengan anak perusahaan yang memiliki lebih dari 50 persen kepemilikan.
Larangan kerja sama dengan Gazprom Neft berdampak pada Serbia karena perusahaan minyak Naftna Industrija Srbije (NIS) yang dimiliki mayoritas perusahaan Rusia.
Larangan tersebut menyiratkan NIS tidak dapat terus membeli minyak Rusia dari perusahaan Eropa seperti pedagang besar Glencore dan Vitol. Namun, sanksi baru tidak mencegah anggota UE mengimpor minyak mentah Rusia.
Sementara pada Selasa (29/3/22) Rusia menegaskan kembali bahwa mereka hanya akan menerima pembayaran untuk pengiriman gas Rusia ke UE dalam mata uang Rubel meskipun para menteri G7 menyebut aturan itu “tidak dapat diterima”.
“Tidak ada yang akan memasok gas secara gratis. Ini tidak mungkin. Dan itu (gas) hanya dapat dibayar dalam Rubel,” kata Jubir Kremlin, Dmitry Peskov kepada wartawan.