TIKTAK.ID – Pengamat Politik, Rocky Gerung menganggap Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) serupa pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.
Rocky Gerung mengungkapkannya di hadapan Juru Bicara (Jubir) Jokowi, Fadjroel Rachman dalam acara Rosi Kompas TV di hari Kamis (11/6/20).
Perdebatan bermula saat Fadjroel melontarkan pilihan kepada Rocky antara era Soeharto atau Jokowi.
Baca juga : Begini Respons Ahok Usai Direksi Pertamina Disunat Erick Thohir
“Hei Rock mana yang lebih buruk apakah Pemerintahan Anti Demokrasi Soeharto atau sekarang ini?” ujar Fadroel ke Rocky.
Menurut Fadjroel, Rocky masih dapat mengkritik Jokowi hingga kini di hadapan umum tanpa adanya ancaman.
Sedangkan di masa Pemerintahan Soeharto, Fadjroel sempat mengalami penahanan di Nusakambangan disebabkan kritikannya kepada Pemerintah di masa itu.
Baca juga : Komika Bintang Emon Sindir Vonis Kasus Novel Baswedan dengan Celetukan Kocak tapi Menohok
“Rocky masih ada di sini ketawa-ketawa dengan saya, kalau dulu bicara seperti ini kita sudah bisa masuk Nusakambangan nih,” tutur Fadjroel.
Kemudian sang host acara, Rosi menanyakan tanggapan Rocky atas pendapat Fadjroel tersebut, benarkah Orde Baru tak jauh beda dengan masa sekarang.
“Apa Anda mengiyakan Jokowi ini seperti Orde Baru?” tanya Rosi kepada Rocky.
Baca juga : Desak Jokowi Ambil Langkah Bela Palestina dari Pencaplokan Israel, Fadli Zon: Ini Mandat Konstitusi
Rocky mengamini dengan jawaban iya, dan menurutnya demokrasi ala Jokowi tak perlu jubir di dalam pemerintahannya.
Menurut Rocky, seharusnya Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Ali Mochtar Ngabalin yang lebih diperlukan untuk muncul.
“Kalau sudah demokratis tidak perlu ada orang kayak Fadjroel Rachman cukup Ngabalin aja mondar-mandir kan,” terang Rocky.
Baca juga : Sepakat dengan PA 212, PKS Bakal Calonkan Kadernya Sendiri di Pilpres 2024, Siapa Kira-kira?
Alasan Rocky dengan menyebut bukti tidak demokratis berupa demokrasi ala pemerintahan Jokowi masih membutuhkan orang yang pernah memiliki reputasi dalam demokrasi untuk jadi Jubir.
Selanjutnya Rocky menyinggung adanya buzzer yang diperlukan untuk membela demokrasi ala Jokowi.
“Itu simpanan psikologi begitu. Demokrasi itu tidak memerlukan influencer, tidak memerlukan buzzer,” ucap Rocky.
Baca juga : Tak Hadiri Debat dengan Luhut, Rizal Ramli: Itu Mah Ngawur!
Rocky memandang seharusnya Jubir dapat menyampaikan kritik ke Istana andai terjadi hal-hal yang dipandang suatu kesalahan.
“Juru Bicara fungsinya apa. Juru Bicara adalah membela kesalahan pikiran demokrasi dari Istana,” sebut Rocky.