
TIKTAK.ID – Menteri Luar Negeri China, Wang Yi mengatakan kepada mitranya dari Amerika, Antony Blinken dalam panggilan telepon pada Selasa (22/2/22), bahwa rencana AS di Asia Tenggara berada di jalur konfrontasi dengan Beijing. Dia mengacu pada Strategi Indo-Pasifik Washington yang baru-baru ini diperbarui.
Dilansir RT, dokumen tersebut mengidentifikasi China sebagai “tantangan” serius bagi kebijakan luar negeri AS di kawasan itu dan menuduh Beijing melakukan “pemaksaan dan agresi” yang “mencakup dunia, tetapi paling akut di Indo-Pasifik”.
Wang mengatakan kepada Blinken bahwa dokumen itu mengirimkan sinyal yang salah bahwa “blokade China” adalah prioritas utama bagi Washington. Kedua negara adidaya bersaing dan bekerja sama di berbagai bidang dan tidak dapat membiarkan persaingan menentukan hubungan mereka, kata Wang, memperingatkan bahwa jika pandangan pejabat Amerika yang mencari eskalasi persaingan dengan China berhasil dilakukan, maka hal itu akan menghasilkan konsekuensi “konfrontasi skala penuh”.
Seperti halnya negara lain, Beijing menjalin hubungan dengan AS berdasarkan prinsip saling menghormati, hidup berdampingan secara damai, dan kerja sama yang saling menguntungkan, tegas Wang. Pemerintah China sangat prihatin dengan pendekatan AS yang semakin konfrontatif mengenai Taiwan, kata Menlu China itu.
Taiwan, benteng terakhir pasukan nasionalis yang dikalahkan oleh Komunis dalam perang saudara Tiongkok, mengklaim sebagai penerus yang sah dari kenegaraan Tiongkok. Sementara China menganggap pulau itu berada di bawah kedaulatannya dalam prinsip Satu China, yaitu satu negara dengan dua sistem.
Sementara AS melalui strateginya berjanji untuk mendukung “kemampuan pertahanan diri Taiwan, untuk memastikan lingkungan di mana masa depan Taiwan ditentukan secara damai sesuai dengan keinginan dan kepentingan terbaik rakyat Taiwan”. Dikatakan ini konsisten dengan kebijakan Satu China, yang mengakui Pemerintah di Beijing sebagai satu-satunya wakil rakyat China.
Beijing mengumumkan pada Senin (21/2/22) bahwa mereka akan menjatuhkan sanksi terhadap kontraktor pertahanan AS, termasuk Raytheon Technologies dan Lockheed Martin, yang memproduksi senjata yang akan dijual ke Taiwan dengan persetujuan Washington. Hal itu dilakukan sebagai reaksi terhadap kesepakatan senjata $100 juta yang tertunda, yang terungkap pada awal bulan ini.