TIKTAK.ID – Sejumlah orang gemar makan gorengan untuk berbuka puasa. Padahal, hal itu bisa menimbulkan bahaya kesehatan.
The Primary Health Care Corporation (PHCC) menyarankan orang yang berpuasa supaya tidak mengonsumsi gorengan, karena gorengan termasuk kategori makanan tak sehat. Pola makan yang tidak sehat selama Ramadan akan menimbulkan gangguan pencernaan, sakit perut, mulas, kembung, bersendawa, mual, menurunnya energi, dan kenaikan berat badan.
Selain itu, gorengan mengandung natrium dan karbohidrat yang tinggi. Mengonsumsi gorengan setiap hari pun akan menurunkan energi, dan imbasnya jadi lemas saat berpuasa.
Seperti dilansir Kompas.com, berikut ini beberapa alasan Anda harus menghindari gorengan sebagai makanan sahur dan berbuka:
- Tinggi kalori
Gorengan biasanya dimasak menggunakan minyak yang banyak, sehingga menambahkan banyak kalori pada makanan. Gorengan pun biasanya terbuat dari tepung yang kaya akan kalori dan lemak. Dalam satu porsi kentang panggang, umumnya mengandung 93 kalori dan 0 gram lemak. Namun bila digoreng, kalori di dalamnya menjadi 319 kalori dan 17 gram lemak. - Tinggi lemak trans
Gorengan dimasak dengan minyak pada suhu yang sangat tinggi, sehingga dapat memicu pembentukan lemak trans. Makanan yang digoreng juga kerap dimasak dengan minyak sayur yang telah diproses dan mengandung lemak trans sebelum dipanaskan.
Cara tersebut pun membuat gorengan menjadi makanan yang tinggi lemak trans. Padahal, lemak trans kerap dikaitkan dengan peningkatan risiko banyak penyakit, seperti penyakit jantung, kanker, diabetes, dan obesitas.
- Mengandung akrilamida
Akrilamida adalah zat beracun yang bisa terbentuk dalam makanan, jika dimasak dengan suhu tinggi, seperti menggoreng atau memanggang. Zat akrilamida ini dibentuk oleh reaksi kimia antara gula dengan asam amino yang disebut asparagine.
Kemudian makanan bertepung seperti produk kentang goreng, tahu isi, donat, atau bakwan, punya konsentrasi akrilamida yang lebih tinggi. Oleh sebab itu, jika sering mengonsumsi jenis makanan ini, maka semakin tinggi pula berisiko mengalami kanker.
Tidak hanya itu, akrilamida yang terkandung dalam makanan juga berpotensi memicu gangguan ginjal, kanker endometrium, dan ovarium.