TIKTAK.ID – Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengatakan bahwa tingkat kepuasan masyarakat atau approval rating terhadap kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) turun drastis. Dia menjelaskan, hal itu disebabkan inflasi dan kenaikan harga kebutuhan pokok yang terjadi selama beberapa waktu terakhir.
Burhanuddin menyampaikan hal itu melalui rilis survei Indikator dengan tema “Drama Minyak Goreng dan Kepuasan Publik terhadap Kinerja Presiden” yang dipublikasikan pada Minggu (15/5/22).
“Kami melakukan evaluasi soal bagaimana responden melakukan persepsi terhadap ekonomi nasional. Yang persepsi ekonomi Indonesia buruk itu 36,9%, dan yang mengatakan baik 30,3%. Artinya masih banyak yang mengatakan negatif terkait ekonomi Indonesia,” ujar Burhanuddin, seperti dilansir Sindonews.com.
Baca juga : Wamenag Buka Suara soal Foto Menag Yaqut Rangkul Pria Gay, Ragil Mahardika
Menurut Burhanuddin, jika melihat tren, sempat terjadi penurunan tren persepsi ekonomi nasional yang negatif di mata pemilih. Akan tetapi, dia menyatakan pada Januari 2022, tren itu telah berhenti.
“Yang mengatakan buruk sempat meningkat rebound approval rating Jokowi di April 2022, usai lima kali turun secara berurutan,” terang Burhanuddin.
Kemudian Burhanuddin melanjutkan, mengenai penegakan hukum, responden yang menyebutkan kinerja penegakan hukum baik berkurang drastis selama kurun waktu beberapa bulan terakhir pada 2022.
Baca juga : Ade Armando Sebut Tuduhan Sekjen PAN soal Penodaan Agama, Berbahaya
“Persepsi publik terhadap penegakan hukum yang mengatakan baik mengalami penurunan dari 43,8% pada Februari 2022 menjadi 29,1% di Mei 2022. Kita dapat berdebat apakah karena inflasi ekonomi meningkat selama beberapa bulan terakhir, sehingga semua menjadi gelap,” ucap Burhanuddin.
Burhanuddin mengungkapkan, sebanyak 58,1% responden merasa puas dengan kinerja Presiden Jokowi. Sementara yang mengatakan tidak puas sebesar 35,1%.
“Dalam analisis ini, kita menambahkan data inflasi. Ada paralel, saat persepsi approval rating Presiden meningkat itu ketika inflasi tinggi. Ada anomali, inflasi hanya 1% Juli 2020 sampai akhir 2021 itu inflasi rendah, itu 60% atau 59%. Namun saat itu pandemi Covid-19 sedang berat-beratnya, dan di luar itu paralel, approval rating Jokowi terpukul,” jelasnya.
Baca juga : Ade Armando Sebut Tuduhan Sekjen PAN soal Penodaan Agama, Berbahaya
Burhanuddin memaparkan, terdapat peningkatan inflasi ekonomi di Indonesia yang membuat “gerah” masyarakat dan para pelaku usaha. Dia pun menilai inflasi dan meningkatnya harga kebutuhan pokok tersebut membuat approval rating Presiden Jokowi tergerus cukup dalam, jika dibandingkan dalam kurun waktu enam tahun terakhir.