
TIKTAK.ID – Internal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) saat ini diketahui tengah bergejolak. Pasalnya, muncul dua kubu berseberangan. Satu kubu mendukung Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menjadi Calon Presiden (Capres), dan satu lagi menginginkan Ketua DPR, Puan Maharani yang dijagokan dalam Pilpres 2024.
Perseteruan pun makin panas usai Ketua DPD PDIP Jawa Tengah, Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul menyebut kader yang mendeklarasikan dukungan Capres sebelum ada arahan dari Megawati Soekarnoputri, berarti keluar barisan. Bahkan dia mengidentifikasi mereka dengan sebutan “celeng”, sedangkan kader yang setia pada garis partai adalah “banteng”.
Namun ini bukan pertama kalinya PDIP mengalami kisruh di dalam internal kader. Seperti dilansir Sindonews.com, berikut ini sejumlah catatan perpecahan di internal PDIP:
Baca juga : (Cek Hoaks atau Fakta) Anies Baswedan Masuk Daftar Sindikat Pencucian Uang
- Kongres I PDIP
Untuk memperbaiki internal PDIP, maka pengurus DPP mengusulkan percepatan pelaksanaan Kongres I 2000 di Semarang. Kemudian jelang kongres, Dimyati Hartono dan Eros Djarot berinisiatif mengurangi beban tanggung jawab Megawati melalui pencalonan Sekjen. Tetapi inisiatif tersebut dinilai ingin menggeser Megawati Soekarnoputri dari kursi Ketua Umum PDIP. Dimyati dan Eros lantas terdepak dari keanggotaan partai. - Kongres II PDIP
Menjelang pelaksanaan Kongres II di Bali pada 2005, Gerakan Pembaharuan PDI Perjuangan memunculkan banyak pilihan calon. Di antaranya Arifin Panigoro, Roy BB Janis, Laksamana Sukardi, Sophan Sopian, dan Guruh Soekarnoputra.
Akan tetapi, kelima calon dari gerakan pembaharuan PDIP mengundurkan diri. Setelah itu, Megawati menjadi calon tunggal dan terpilih kembali menjadi Ketua Umum PDIP. Dari gerakan pembaharuan tersebut lahir Partai Demokrasi Pembaruan (PDP).
Baca juga : Sebut Prabowo Bakal Kesulitan, Pengamat Sarankan Gerindra Ajukan Capres Muda
- Pilgub Jateng 2013
Pada Pilgub Jateng 2013, Wakil Gubernur Jawa Tengah saat itu, Rustriningsih, ingin naik kelas menggantikan Bibit Waluyo. Tetapi Megawati justru memberikan posisi itu kepada Ganjar. Imbasnya, pada Pilpres 2014 Rustri balik arah mendukung Prabowo Subianto-Hatta Radjasa yang merupakan lawan jagoan PDIP, Jokowi-Jusuf Kalla. - Pilwalkot Surabaya 2020
Keputusan Megawati yang memberi rekomendasi kepada figur nonpartai di Pilwalkot Surabaya 2020, menyulut gejolak di internal partai. PDIP lebih memilih mengusung birokrat Eri Cahyadi menjadi calon Wali Kota Surabaya, ketimbang kadernya, Whisnu Sakti Buana.
Sejumlah kader yang kecewa pun mendukung Machfud Arifin-Mujiaman, lawan Eri Cahyadi-Armuji. Meski begitu, pasangan yang diusung PDIP tetap berhasil memenangkan Pilwalkot Surabaya.