Pimpinan Pusat Pagar Nusa Klaim NU Jadi Faktor Kunci Pemilu 2024
TIKTAK.ID – Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa, Muchamad Nabil Haroen, buka suara soal dinamika politik 2024 yang terjadi, terutama usai pengumuman pasangan Capres-Cawapres Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Dia menilai politik Indonesia saat ini sangat dinamis dan menarik.
“Perubahan-perubahan kondisi sosial politik yang sangat cepat, khususnya menjelang Pemilu legislatif dan pemilihan presiden, karena menimbulkan konstestasi yang sangat menarik,” ungkap Nabil Haroen dalam keterangan tertulisnya, pada Kamis (7/9/23), seperti dilansir Sindonews.com.
Nabil Haroen menjelaskan bahwa politik Indonesia pada tahun ini sangat berbeda konteksnya dengan tahun-tahun sebelumnya. Terlebih mengenai kelompok-kelompok yang saling berkontestasi maupun saling berkolaborasi.
Baca juga : Demokrat Sindir Tajam Anies-Cak Imin yang Masih Pakai Nama Koalisi Perubahan
Menurut Nabil Haroen, usai deklarasi Anies-Cak Imin, terdapat sejumlah perubahan dinamis dalam konteks persaingan politik. Dia menyebut dua nama kandidat calon presiden yang muncul di publik, yaitu Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto juga saat ini tengah mempertimbangkan calon wakil presiden yang tepat dan pas dengan kebutuhan kontestasi politik.
Nabil Haroen mengatakan bahwa pada saat ini, Nahdlatul Ulama (NU) dan komunitas santri menjadi faktor penentu yang penting dalam kontestasi politik.
“Konstituen dari komunitas Nahdlatul Ulama dengan jumlah yang sangat besar, merupakan kunci untuk persaingan politik menuju 2024,” ujar Nabil Haroen yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) ini.
Baca juga : Usai Usulkan Gibran Jadi Cawapres, Relawan Prabowo Juga Ingin Putri Gus Dur Pimpin Timses
Terlebih, kata Nabil Haroen, persebaran pesantren Nahdlatul Ulama saat ini sudah beragam dari ujung Aceh hingga Papua, dengan kecenderungan politik yang sangat menarik.
“Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf, dengan jelas menyatakan secara organisasi, NU hanya fokus pada pemberdayaan umat, tidak mengurus politik praktis,” tutur Nabil Haroen.
“Ini kerangka dan norma yang sangat penting yang telah digariskan oleh Kiai Yahya, untuk menegaskan fokus NU. Akan tetapi secara personal, masing-masing warga Nahdliyin memiliki hak politik untuk menyalurkan aspirasinya. Pemilu 2024 dapat memberikan gambaran bahwa Nahdlatul Ulama juga menjadi faktor kunci dalam politik Indonesia,” imbuh Nabil Haroen.