TIKTAK.ID – Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengungkapkan bahwa usulan perubahan nama jalan di suatu daerah memerlukan kajian, salah satunya soal akar sejarah kewilayahan di daerah tersebut. Anies menyampaikan hal itu dalam sebuah webinar bertema “Perubahan Nama Jalan di Provinsi DKI Jakarta” yang diselenggarakan Komite III DPD RI, di Jakarta, Kamis (28/10/21).
Menurut Anies, yang menjadi pertimbangan usulan perubahan nama jalan bukan hanya kelayakan nama yang diusulkan sebagai pengganti. Melainkan akar sejarah yang direpresentasikan jalan itu sebelumnya. Dia pun menyebut DKI Jakarta sedang mempertimbangkan perubahan nama-nama jalan dengan nama tokoh-tokoh Betawi.
“Usulan-usulan nama tokoh Betawi layak dipertimbangkan secara serius dengan berbagai konteks yang harus menjadi pertimbangan,” ujar Anies, seperti dikutip CNN Indonesia dari Antara.
Baca juga : Golkar Buka Opsi Koalisi dengan PDIP di Pilpres 2024
Anies mengatakan budaya Betawi adalah salah satu unsur masyarakat yang memfasilitasi peristiwa penting dalam perjalanan bangsa dan negara Indonesia di Jakarta.
Di sisi lain, Sejarawan JJ Rizal mengakui setiap nama jalan mempunyai kepingan memori untuk sebuah daerah.
“Ini merupakan lorong sejarah dari ingatan kolektif masyarakat pada nama tersebut dan diharapkan dapat diwarisi turun-temurun ke generasi sesudahnya,” ungkapnya.
Kemudian JJ Rizal mencontohkan nama Jalan Warung Buncit di Jakarta Selatan. Rizal mengklaim nama jalan itu berasal dari nama salah satu keturunan Tionghoa bernama Tan Bun Tjit yang memiliki usaha warung di kawasan tersebut, dan dinilai sebagai orang yang dermawan kepada masyarakat.
Baca juga : Gerindra Dorong Penurunan Ambang Batas Pencalonan Presiden dari 20% Jadi 0%
“Saat ada usulan nama Jalan Warung Buncit Raya akan ganti dengan nama Jenderal Besar AH Nasution, maka terjadi perdebatan panjang,” jelas Rizal.
Rizal menerangkan, pada usulan perubahan nama jalan, harus dilihat sejarah yang utuh dan komprehensif. Dengan begitu, lanjutnya, tidak akan menghilangkan akar sejarah yang ada di kawasan tersebut.
“Kita harus awas. Tindakan untuk mengubah nama jalan itu penting karena kita memberikan memori dan akan menambah memori,” tutur Rizal.
Baca juga : NU Buka Peluang Perempuan Jadi Calon Ketum
Sebelumnya, nama tokoh pendiri negara atau founding father Turki, Mustafa Kemal Ataturk disebut diusulkan untuk menggantikan atau menjadi salah satu nama jalan di DKI Jakarta. Wacana tersebut muncul usai diubahnya nama jalan di depan Kedutaan Besar RI (KBRI) di Ankara menjadi nama proklamator sekaligus Presiden pertama RI, Sukarno.