TIKTAK.ID – Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebut-sebut bakal melakukan reshuffle atau perombakan Kabinet pada Rabu pon terdekat, yang jatuh pada 1 Februari 2023. Kepastian reshuffle tersebut kembali pada kesepakatan Presiden Jokowi dengan Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh yang baru saja bertemu beberapa waktu lalu.
Menurut Pengamat Politik Citra Institute, Yusa’ Farchan, setiap pemimpin pasti punya kebiasaan dan keyakinan terkait tanggal-tanggal sakral dalam menentukan keputusan-keputusan strategis, termasuk reshuffle Kabinet. Yusa’ pun menilai saat ini Jokowi sedang gamang karena desakan PDI Perjuangan.
“Desakan PDIP supaya Presiden Jokowi mengevaluasi dua menteri NasDem dan sikap NasDem untuk tetap loyal kepada Jokowi hingga Pemerintahan berakhir membuat Presiden Jokowi berada dalam situasi gamang,” ungkap Yusa’, pada Selasa (31/1/23), seperti dilansir Sindonews.com.
Akan tetapi, Yusa’ mengatakan Presiden Jokowi pernah melempar wacana reshuffle tersebut. Untuk itu, dia menyebut kepastian reshuffle pada Rabu pon yang jatuh pada 1 Februari ini kembali pada kesepakatan Jokowi dengan Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh yang baru saja bertemu 26 Januari kemarin.
“Terkait reshuffle jadi atau tidak pada Rabu Pon 1 Februari 2023, tentu kembali pada komitmen dan deal-deal antara Presiden Jokowi dan Surya Paloh dalam pertemuan terakhir (26/1/23) lalu,” terang Yusa’.
Yusa’ menjelaskan bahwa yang dapat dibaca yakni pertemuan kedua tokoh tersebut paling tidak menjadi indikator kalau ketegangan politik di antara keduanya masih bisa dicairkan.
Baca juga : Pengamat Prediksi NasDem Bakal Tetap Usung Anies Meskipun Tak Direstui Jokowi
“Bila NasDem tetap memilih mencapreskan Anies bersama PKS dan Demokrat, maka bisa saja reshuffle terjadi. Tentu NasDem telah berhitung konsekuensinya,” ujar Yusa’.
Kemudian Yusa’ menganggap kepentingan utama NasDem yakni kepentingan elektoral partai di 2024. Dia melanjutkan, kalau soal berada di dalam kekuasaan dan Pemerintahan, NasDem sudah menikmatinya sejak 2014 silam. Dia pun menyatakan hal ini yang membuat NasDem terlihat pasrah dengan keputusan politik apapun yang akan diambil Presiden Jokowi.
“Mengenai komitmen mendukung Pemerintah andaikata terkena reshuffle, saya kira itu bagian dari improvisasi politik NasDem saja untuk menurunkan ketegangan politik jangka pendek pascadeklarasi Anies,” tutur Yusa’.