TIKTAK.ID – Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova mengatakan dalam sebuah komentar pada Senin bahwa pertemuan Dewan Eropa pada 24 – 25 Maret lalu mengonfirmasi bahwa Ukraina tetap menjadi wilayah di bawah kendali Washington dan digunakan sebagaii “pendobrak geopolitik” terhadap Rusia.
“Hasil pertemuan Dewan Eropa, yang diadakan bersama dengan kepemimpinan AS, menegaskan sekali lagi bahwa kolektif Barat membutuhkan Ukraina yang sepenuhnya berada di bawah kendali Washington dan dicengkeram oleh Russophobia hanya sebagai pendobrak geopolitik terhadap Rusia,” kata Maria, seperti yang dilansir TASS, Senin (28/3/22).
Menurut diplomat itu, hanya AS yang akan mendapat keuntungan dari sanksi anti-Rusia yang baru saja diterapkan.
“Saat menyatakan kesiapan untuk pembatasan anti-Rusia yang terbaru, Brussel lupa menambahkan bahwa persetujuan mereka hanya akan menguntungkan AS, yang memperoleh keuntungan dari arus keluar modal dari UE, pada peningkatan pasokan ke pasar senjata AS ke Eropa dan gas alam cair dengan harga yang mencengangkan,” tambahnya.
Ia menegaskan bahwa tindakan pejabat di Brussel sebenarnya merusak ekonomi negara-negara Uni Eropa.
“Mereka menghukum orang-orang Eropa dengan penghancuran model ekonomi yang berorientasi sosial, untuk hidup dalam kondisi harga listrik dan bahan bakar yang selangit, pemotongan pembayaran sosial yang mendukung anggaran militer, inflasi yang tinggi dan pengangguran massal,” tulis Zakharova dalam komentarnya.
Diplomat Rusia itu melihat keputusan Dewan Eropa tentang rekonstruksi Ukraina yang demokratis dan pembentukan dana khusus untuk itu sudah terlambat.
“Evolusi Ukraina menuju demokrasi, seperti yang diketahui, dihentikan pada Februari 2014, ketika kudeta anti-konstitusional dilancarkan di Kiev, atas hasutan oleh negara-negara Barat,” katanya, mencatat bahwa Ukraina dan tetangganya “telah menuai buahnya lebih dari delapan tahun”.
Sekarang, waktunya telah tiba untuk langkah-langkah tegas demi de-Nazifikasi dan demiliterisasi Ukraina, yang diambil oleh Angkatan Bersenjata Rusia, dia menekankan, mengungkapkan keyakinan bahwa setelah itu “rakyat Ukraina akan kembali ke jalur pembangunan yang damai dan bertetangga baik”.
Seperti diketahui, Rusia melancarkan operasi militer khusus ke Ukraina setelah AS dan Barat gagal memberikan jaminana keamanan kepada Rusia dengan tidak memasukkan Ukraina menjadi anggota NATO. Sebab jika Ukraina menjadi anggota NATO, itu artinya ancaman bagi keamanan Rusia.
Namun, AS dan NATO ngotot dengan alasan bahwa selama ini NATO menerapkan “open door” yaitu semua negara bebas dan berhak untuk bergabung dengan NATO.