TIKTAK.ID – Mantan Presiden Ekuador, Rafael Correa menuduh hukuman delapan tahun yang dijatuhkan Pengadilan Nasional Ekuador bermotif politik. Pengadilan menolak banding yang diajukan Rafael atas kasus suap yang menimpanya, tulis RT News.
Correa dan 17 pejabat Ekuador lainnya didakwa dan dihukum in absentia pada bulan April lalu, dengan tuduhan menerima suap dan membelanjakan uangnya untuk kampanye politik. Banding mantan presiden itu ditolak pada Senin kemarin dan dia dijatuhi hukuman delapan tahun penjara.
Melalui akun Twitter-nya, dia meluapkan kekecewaannya atas vonis pengadilan dengan mengatakan bahwa keputusan seperti itu “direkayasa” sambil menyebut seluruh kasus yang dituduhkan kepadanya “konyol.” Dia juga mengecam keputusan pengadilan sebagai “salah satu masa paling gelap” dalam sejarah Ekuador.
Mantan presiden ini telah berulang kali mengklaim tuduhan itu didasarkan pada bukti “penipuan” dan merupakan bagian dari kampanye politik yang diluncurkan oleh lawan-lawannya untuk mencegahnya mencalonkan diri kembali sebagai presiden. Ekuador dijadwalkan akan mengadakan pemilihan presiden dan parlemen pada tahun depan.
Akibat vonis itu, Correa terdiskualifikasi untuk mencalonkan diri sebagai pejabat publik apa pun selama 25 tahun ke depan.
Dewan Pemilihan Nasional Ekuador (CNE) juga membekukan beberapa partai politik pada Minggu kemarin, dengan mengutip beberapa “penyimpangan” dalam proses pendaftaran mereka. Di antara partai-partai itu adalah partai Force of Social Commitment (FCS) yang mendukung Correa. Keempat partai diberi waktu sepuluh hari untuk membela diri, dalam proses yang bisa membuat mereka kehilangan hak untuk berpartisipasi dalam pemilihan tahun depan.
Correa juga mengutuk keputusan itu. “Demokrasi kita dirampok lagi, CNE menyerah pada tekanan dari Celi, (Menteri Dalam Negeri, María Paula) Romo dan Pemerintah yang secara ilegal dan dengan sengaja menghilangkan Komitmen Sosial,” tulis Correa di akun Twitter-nya.
Mantan Presiden Correa berulang kali menjadi salah satu target utama pelecehan politik terus-menerus di bawah Presiden Lenin Moreno.
Pada Agustus, tahun lalu, perintah penahanan preventif diberikan kepadanya dalam kasus korupsi yang disebutkan di atas. Pada Juli 2018, pengadilan memerintahkan penahanan preventif terhadap Correa, menuduhnya terlibat dalam penculikan yang gagal terhadap pemimpin oposisi sayap kanan Fernando Balda.
Correa memimpin Ekuador selama 10 tahun dari 2007 hingga 2017, dan dikenal antara lain karena memberikan suaka politik kepada penerbit WikiLeaks, Julian Assange. Dia kemudian pindah ke Belgia dan saat ini menjadi pembawa acara talk show di RT Spanyol.