
TIKTAK.ID – Sejumlah mantan anggota dan pengurus Front Pembela Islam (FPI) di Surabaya diketahui telah mendirikan sebuah organisasi masyarakat (Ormas) baru bernama Perisai Bangsa. Mereka menyelenggarakan deklarasi Perisai Bangsa pada Minggu (26/9/21).
Kemudian Perisai Bangsa mengatakan bakal menjaga persatuan dan mencegah perpecahan. Mereka pun mengaku tidak ingin Indonesia seperti Afghanistan yang saat ini dipimpin oleh Taliban.
“Perisai Bangsa adalah ormas yang berasaskan Pancasila dan UUD 1945,” ujar mantan Wakil Ketua FPI Surabaya, Habib Umar Al Athos, Minggu (26/9/21), seperti dilansir CNN Indonesia.
Baca juga : Said Aqil: Kelompok Teroris Salah Gunakan Kotak Amal untuk Rekrut Generasi Muda
Di Perisai Bangsa sendiri, Al Athos menjabat sebagai Ketua. Dia didampingi oleh mantan Wali Laskar FPI Surabaya, Gus Din yang kini menjabat sebagai Sekretaris ormas Perisai Bangsa.
Umar menyatakan dalam waktu dekat, Perisai Bangsa akan menggelar nonton bareng film G30S/PKI. Ia memaparkan, dalam kegiatan tersebut, Perisai Bangsa juga akan mengundang banyak tokoh masyarakat untuk berdialog.
“Mungkin akan dimulai dengan nonton bareng [G30S/PKI],” terang Umar.
Baca juga : Wuzz..! Indonesia Tembus 10 Besar Penyuntikan Vaksin Covid-19 Dunia
Umar mengklaim pihaknya sengaja mendirikan Perisai Bangsa karena enggan bergabung dengan Front Persaudaraan Islam atau yang disebut sebagai FPI gaya baru.
Umar menilai Perisai Bangsa didirikan untuk menjaga keutuhan Indonesia, serta melindungi negara dari perpecahan dan permusuhan antarsuku, agama dan golongan. Mereka pun tidak ingin Indonesia menjadi seperti Afghanistan.
“Kami ingin menghindari perpecahan antarsuku, agama dan bangsa. Jangan sampai peristiwa seperti Taliban di Afganistan juga terjadi di Indonesia,” tutur Umar.
Baca juga : Pengamat Tanggapi Tingkah Jokowi Jalan Bareng Puan Lalu Makan Bareng Ganjar
Menurut Umar, Perisai Bangsa tidak hanya beranggotakan mantan pengurus, anggota dan simpatisan FPI. Melainkan juga terbuka bagi berbagai elemen masyarakat lain.
“Perisai Bangsa juga ada yang dari elemen Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Al Irsyad, dan lainnya,” jelas Umar.
Di sisi lain, Ketua Yayasan Keadilan Masyarakat Ferdinand Hutahaean menganggap pendirian organisasi itu adalah suatu hal yang unik dilakukan pentolan FPI.
Baca juga : Kemendagri Buka Suara Soal Wacana Perpanjangan Jabatan Anies dkk
“Agak janggal, aneh, dan unik. Mengapa tiba-tiba berubah haluan dan pemahaman dengan FPI yang pernah menjadi tempat mereka bernaung,” ungkap Ferdinand, mengutip JPNN.com, Minggu (26/9/21).
“Ataukah ini hanya kamuflase semata untuk menutupi gerakan yang sesungguhnya? Atau memang telah terjadi perpecahan di tubuh FPI?” sambungnya.