TIKTAK.ID – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj mengungkapkan bahwa kelompok teroris menyalahgunakan kotak amal untuk merekrut generasi muda di Indonesia.
Said Aqil merujuk pada Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang mengatakan sarang terorisme masih hidup dan aktif dalam melakukan rekrutmen lewat fasilitas internet dan media sosial selama pandemi.
“Mereka (teroris) melakukan fund raising yang berkedok penggalangan dana kemanusiaan. Mereka pun aktif menyalahgunakan kotak amal untuk merekrut generasi muda atau milenial,” ujar Said Aqil ketika memberi sambutan di acara Musyawarah Nasional dan Konferensi Besar NU, yang disiarkan melalui kanal Youtube Televisi Nahdlatul Ulama, Sabtu (25/9/21), seperti dilansir CNN Indonesia.
Baca juga : Wuzz..! Indonesia Tembus 10 Besar Penyuntikan Vaksin Covid-19 Dunia
Namun Said Aqil mengaku mengapresiasi langkah aparat yang telah berhasil melemahkan sel-sel terorisme di Indonesia, seperti Jamaah Islamiyah atau Jaringan Ansharut Daulah (JAD).
“Ini merupakan bagian dari ikhtiar yang melindungi jiwa dan bangsa Indonesia dari ancaman terorisme dan paparan ideologi jihadis,” terang Said Aqil.
Kemudian Said Aqil mengingatkan masyarakat agar tidak lengah dengan potensi ancaman sosial politik dalam negeri akibat terorisme. Menurut Profesor alumnus Universitas Ummul Qura’ Mekkah tersebut, para anak-anak muda dan milenial harus berhati-hati.
Baca juga : Pengamat Tanggapi Tingkah Jokowi Jalan Bareng Puan Lalu Makan Bareng Ganjar
Untuk diketahui, pihak kepolisian mengumumkan telah menangkap dua teroris Poso yang diduga Ali Ahmad alias Ali Kalora selaku pemimpin Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) dan Jaka Ramadhan dalam keadaan tewas pada Sabtu (18/9/21) lalu.
Penangkapan tersebut pun berhasil dilakukan setelah kedua belah pihak saling baku tembak di daerah Desa Astina, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Lokasi baku tembak sendiri berada sekitar 5 kilometer dari TKP pegunungan Desa Buana Sari, Kecamatan Torue yang menjadi lokasi adu tembak ketika terjadi penangkapan terhadap Abu Alim alias Ambo pada 17 Juli lalu.
Lebih lanjut, walaupun pemimpinnya sudah ditembak mati, Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Ahmad Nurwahid menyatakan bahwa simpatisan dari MIT masih ada sekitar 15 hingga 17 ribu orang. Ahmad Nurwahid menyebut jumlah tersebut merupakan akumulasi dari seluruh simpatisan di Indonesia. Mereka pun tergabung dalam sejumlah jaringan teroris, seperti JI, JAD, MIT, dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT).