TIKTAK.ID – Vaksin Nusantara yang digagas oleh mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto kembali mengemuka ke publik. Pasalnya, vaksin virus Corona yang diklaim buatan anak negeri tersebut belakangan mulai digunakan oleh relawan, termasuk politikus senior Partai Golkar, Aburizal Bakrie.
Seperti dilansir CNNIndonesia.com, pengenalan vaksin berbasis sel dendritik tersebut dimulai ketika Terawan bersama Komisi IX DPR RI menyambangi RSUP dr Kariadi Semarang untuk meninjau persiapan uji klinis II pada 16 Februari 2021.
Akan tetapi, dalam perjalanan untuk mendapatkan Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) uji klinis fase II, tidak berjalan mulus. Hal itu karena Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tak langsung memberi restu. BPOM menyebut dokumen Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) hingga hasil penelitian uji klinis fase I Vaksin Nusantara masih belum sesuai dengan kaidah penelitian.
Keputusan BPOM tersebut pun sempat menimbulkan kontroversi antara BPOM dan Komisi IX DPR RI. Mayoritas para anggota legislatif menuding BPOM seolah berusaha menghalangi vaksin karya anak bangsa, serta dinilai tidak lagi independen.
Perlu diketahui anggota Tim Uji Klinis Vaksin Nusantara, Jajang Edi Prayitno mengklaim Vaksin Nusantara dapat menciptakan antibodi atau daya kekebalan tubuh yang mampu bertahan hingga seumur hidup. Jajang juga mengakui salah satu inisiatif pembuatan vaksin ini untuk menyasar golongan warga yang memiliki komorbid alias penyakit penyerta. Ia pun menyatakan Vaksin Nusantara diproyeksikan pasti aman untuk segala usia.
Sementara itu, Epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo menjelaskan, seharusnya tim uji klinis secara gamblang melaporkan serta memublikasikan prosesnya sejak pra klinis hingga perampungan uji klinis fase I. Terlebih, kata Windhu, tim Vaksin Nusantara mengklaim daya tahan antibodi mampu bertahan seumur hidup.
Windhu menyatakan dengan adanya transparansi, maka akan mengurangi pertanyaan dan keraguan publik terhadap hasil keamanan vaksin tersebut. Ia juga menilai model Vaksin Nusantara tidak cocok untuk pelaksanaan vaksinasi Covid-19 massal, karena metode sel dendritik yang bersifat individual akan memperlambat proses vaksinasi.
Selain itu, Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban juga mengkritik vaksin tersebut. Ia meminta tim uji klinis Vaksin Nusantara agar tidak mengeluarkan klaim sepihak sebelum keseluruhan uji klinis selesai. Ia menjelaskan, semua pihak harus bersabar menunggu hasil dari uji klinis I, II, hingga III.