TIKTAK.ID – Setelah 20 tahun di-blacklist, kini Amerika Serikat (AS) memberikan visa kepada Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto. Melalui Menteri Pertahanan AS Mark Esper, Pentagon (markas atau kantor utama Angkatan Bersenjata AS) bahkan mengundang Prabowo ke Negeri Paman Sam. Prabowo rencananya akan menghadiri undangan itu pada 15 Oktober mendatang.
Mengutip South China Morning Post, sejumlah pengamat mengatakan hal itu terjadi karena AS tak mau RI terlalu dekat dengan China. Apalagi, saat ini kedua negara sedang berebut pengaruh, terutama soal Laut China Selatan (LCS).
Bahkan peneliti di S Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Alex Arifianto menyebut penting bagi AS untuk menyeimbangkan pengaruh China.
Baca juga : Jokowi Bantah Omnibus Law Cipta Kerja Permudah PHK, Bagaimana Faktanya?
“Hal itu memastikan Indonesia tidak terlalu jauh ke pihak China,” ujar Arifianto, seperti dikutip CNBCIndonesia.com dari SCMP, Sabtu (10/10/20).
Apalagi, ia menilai sejak pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjabat pada 2014, China telah secara signifikan meningkatkan investasi militer dan ekonomi di Indonesia, terutama pada infrastruktur dan pertambangan. Belum lagi, lanjutnya, pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang dipandang kurang terlibat dengan Indonesia dan negara Asia, berbeda dengan pemerintahan era Barack Obama.
“Pertemuan itu dapat menjadi kesempatan bagi Washington untuk menunjukkan bahwa mereka masih tertarik dengan sekutu Asia Tenggara. Meskipun lebih bersifat bilateral daripada multilateral,” ucapnya.
Baca juga : Lawan Puan Maharani, Rocky Gerung Siap Dampingi Nikita Mirzani yang ‘Lekuk Pikirannya Lebih Sexy’
Akan tetapi, ia juga mengungkap kenyataan lain mengenai modernisasi militer RI.
“TNI Angkatan Darat tengah menjalani program modernisasi militer skala besar untuk menggantikan infrastruktur pertahanan yang sudah tua. Termasuk pesawat, kapal, tank, serta teknologi persenjataan,” tutur Arifianto.
Ia menjelaskan, dalam beberapa bulan terakhir Prabowo telah menyatakan minatnya untuk memperoleh 15 Eurofighter Typhoon Aircraft bekas dari Austria, F-16 Viper dari AS, dan jet tempur Rafale dari Prancis. Kemudian pada Juli lalu, Rusia mengatakan kesepakatan untuk menjual 11 jet tempur Sukhoi Su-35 ke Indonesia senilai US $ 1,14 miliar masih berjalan.
Baca juga : Ini Alasan Walhi Minta Jokowi Tak Bikin Gaduh dan Seenaknya Main Tuduh Penolak UU Ciptaker Termakan Hoaks
Di sisi lain, masih dikutip dari SCMP, pengamat dari National War College di Washington, Zachary Abuza menyatakan selain pemberian visa adalah kemenangan Prabowo dari AS, ia menyatakan AS jelas membebaskan sanksi demi hubungan bilateral.