Dengan memperhitungkan faktor Sandiaga sebagai kader dan petinggi Gerindra yang saat ini berkoalisi dengan Pemerintah, bukan tidak mungkin akan terjadi head to head antara pasangan yang pernah mengalahkan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat ini.
Meski begitu, Rico enggan terlalu cepat menyimpulkan. Rico mengatakan dinamika Pilkada 2020 harus dilihat saksama karena itu sedikit banyak akan memengaruhi komposisi kekuatan di Pilpres 2024. Jika “kemesraan” dan kerja sama Gerindra-PDIP–sebagai partai penguasa–terjaga di banyak daerah, maka peluang Anies vs Sandiaga masih ada.
Salah satu lokasi yang bisa jadi barometer adalah Kota Solo.
“Di Solo itu, kan, barometer hubungan segitiga antara Jokowi, Gerindra dan PDIP. Kalau semua masuk dalam koalisi (bersama mendukung Gibran Rakabuming), berarti aman-aman saja [hubungan ketiganya],” kata Rico.
Baca juga: Politikus PDIP Kritik Jokowi: Jangan Sampai Presiden Sendiri yang Malah Memancing Kegaduhan Politik
Faktor lain yang cukup menentukan ialah manuver Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
Tak tertutup kemungkinan mantan Danjen Kopassus itu akan kembali bertarung di Pilpres untuk kali ketiga.
Rico pun tak menutup kemungkinan jika Ganjar, Ridwan, dan kepala daerah lain maju di pilpres. Toh jika memang serius, tahun 2024 masih relatif panjang bagi mereka semua untuk menjalin komunikasi politik dan membangun citra.
Satu hal yang pasti, kata Rico, jika PSI memang hendak menjegal Anies, maka yang harus mereka lakukan ialah memiliki suara yang cukup untuk memajukan calon presiden sendiri, atau setidaknya lolos ke parlemen dengan suara signifikan sehingga memiliki “pengaruh” di koalisi.
Halaman selanjutnya…