TIKTAK.ID – Aksi “Women’s March” kembali hadir di Washington dan di sejumlah kota lain di seluruh AS, Sabtu (17/10/20).
Aksi itu bertujuan mendesak warga Amerika agar tidak memilih Presiden Trump lagi dan memprotes nominasi calon hakim agung yang konservatif Amy Coney Barrett, menyusul meninggalnya hakim agung berhaluan liberal Ruth Bader Ginsburg.
“Tak cukup hanya mengatakan kita akan menghentikan Trump,” kata Direktur Eksekutif Women’s March Rachel O’Leary pada awal aksi unjuk rasa. “Tapi kita harus memenuhi janji negara ini bagi kita semua. Dan tergantung pada diri kita masing-masing untuk mewujudkan masa depan itu.”
Menurut izin yang diterbitkan oleh Dinas Pertamanan Nasional, penyelenggara memperkirakan sekitar 6.000 hingga 10 ribu orang berkumpul di Freedom Plaza pada aksi demonstrasi yang dilakukan tengah hari, dilanjutkan dengan melakukan aksi jalan kaki ke Gedung Mahkamah Agung, dan diakhiri dengan kirim pesan teks beramai-ramai yang bertujuan mengajak orang-orang untuk memberikan suara dalam Pilpres 3 November.
Ratusan unjuk rasa serupa berlangsung pada Sabtu (17/10/20) di seluruh negara itu, beberapa diselenggarakan secara virtual atau dengan konvoi mobil karena pandemi.
Sebuah aksi juga diadakan di Universitas Cornell, di mana Ginsburg pernah berkuliah. Pawai itu dilakukan sementara faksi Republik di Senat berencana untuk mulai memilih pekan depan terkait konfirmasi Barret. Apabila Barret dikonfirmasi, maka Mahkamah Agung akan didominasi konservatif dengan perbandingan 6-3.
Faksi Demokrat telah menyuarakan kekhawatiran bahwa Barrett akan membatalkan Roe v. Wade, putusan penting yang menguatkan hak perempuan untuk melakukan aborsi.
Aksi Women’s March pertama diadakan pada 2017, ketika jutaan orang berunjuk rasa memprotes pelantikan Trump.
Sejak itu, protes-protes Women’s March selanjutnya lebih fokus pada upaya untuk memilih lebih banyak perempuan pada jabatan publik di tingkat lokal, negara bagian dan nasional.