TIKTAK.ID – Pemerintah Inggris kewalahan menghadapi “tsunami” hoaks seputar vaksin Covid-19 di platform media sosial dan berusaha untuk menyampaikan informasi akurat kepada komunitas atau etnis yang enggan menerima vaksinasi dengan membentuk unit khusus, kata Menteri Penyebaran Vaksin Nadhim Zahawi pada Selasa, (16/2/21).
“Ada tsunami disinformasi, misinformasi, dan kami memiliki unit di seluruh pemerintahan yang berurusan dengan platform teknologi untuk menghapus berita palsu ini,” kata Zahawi kepada penyiar Sky News, seperti yang dikutip dari Sputniknews.
Dia membantah informasi palsu yang disebarkan di media sosial, misalnya, rumor yang disebarkan oleh kalangan anti-vaxxers bahwa vaksin memengaruhi kesuburan atau kehamilan.
“Dalam hal efeknya pada kesuburan, tidak, dalam hal kehamilan, Anda tentu saja bisa mendapatkan vaksin setelah berdiskusi dengan dokter Anda untuk memastikan bahwa fisiologi Anda memungkinkan untuk melakukan itu,” katanya.
Menteri menambahkan bahwa sebagai bagian dari upaya Pemerintah untuk mengatasi berita palsu tentang vaksin Covid-19 di komunitas etnis, semua informasi diterjemahkan ke dalam 20 bahasa.
“Penting bagi kami untuk menyampaikan informasi yang akurat dalam bahasa masyarakat sendiri dan tentu saja dalam komunitas mereka,” kata Zahawi, seraya menambahkan bahwa Pemerintah telah mengalokasikan £ 25 juta atau sekitar hampir 500 miliar rupiah untuk proyek ini.
Menurut Menteri, meskipun 89 persen dari populasi orang dewasa di Inggris mengatakan bahwa mereka akan melakukan vaksinasi, namun masih ada 11 persen yang ragu-ragu yang “sangat condong” berasal dari komunitas kulit hitam, Afro-Karibia, India, Pakistan, dan Bangladesh.
Pada Senin (15/2/21), lebih dari 15 juta orang dari empat kelompok prioritas teratas -lebih dari 70-an, petugas kesehatan, staf perawatan sosial dan pasien yang rentan secara klinis- telah menerima vaksinasi setidaknya dosis pertama vaksin Pfizer/BioNTech atau Oxford/AstraZeneca di Inggris.
Sementara rencana Pemerintah adalah menawarkan vaksinasi bagi semua orang yang berusia 50 tahun ke atas dan orang-orang dengan kondisi kesehatan mendasar yang membuat mereka rentan terhadap Covid-19 yang kemungkinan akan mendapatkan suntikan pada akhir April nanti.