TIKTAK.ID – Ulama berpengaruh Irak, Muqtada al-Sadr, menyerukan agar rakyat Irak melakukan “demonstrasi besar-besaran” untuk menentang kehadiran militer AS di negara itu. Hal itu disampaikan beberapa hari setelah parlemen Irak memutuskan untuk mengusir pasukan Amerika dari Irak. Keputusan itu diambil menyusul operasi pembunuhan oleh Washington yang dilakukan di tanah Irak.
Demonstrasi dibutuhkan “untuk mengutuk kehadiran Amerika dan pelanggarannya,” tulis Sadr, yang memimpin kelompok terbesar dalam parlemen di akun Twitternya, pada Selasa 15 Januari 2020, seperti yang dikutip PressTv.
“Langit, tanah, dan kedaulatan Irak dilanggar setiap harinya oleh pasukan pendudukan,” tambahnya. Ulama itu mengingatkan bahwa unjuk rasa itu harus menjadi “demonstrasi damai dan bersatu”. Namun dia tak menentukan kapan atau di mana demosntrasi itu dilakukan.
Sebelumnya, pada 5 Januari lalu, parlemen Irak memberikan suara sangat mendukung resolusi yang menyerukan pengusiran semua pasukan pimpinan AS dari Irak. Resolusi itu diputuskan setelah dua hari sebelumnya militer AS membunuh komandan senior Iran Letnan Jenderal Qassem Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis, wakil ketua Unit Mobilisasi Populer (PMU) Irak, di dekat bandara Baghdad.
Resolusi parlemen itu juga mendesak pemerintah Baghdad untuk membatalkan permintaan bantuan dari pasukan koalisi asing pimpinan AS yang konon beroperasi melawan sisa-sisa ISIS di Irak.
Irak mengecam pembunuhan itu – yang diperintahkan oleh Presiden AS Donald Trump – sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan negara serta perjanjian keamanan antara Baghdad dan Washington.
Dalam sebuah surat kepada parlemen setelah pemungutan suara, Sadr menyerukan pembatalan segera perjanjian keamanan dengan AS, penutupan kedutaan AS, pengusiran pasukan AS dengan “cara yang memalukan,” dan menghentikan komunikasi dengan AS.
Setelah parlemen menuntaskan pemungutan suara, kantor sementara Perdana Menteri Irak Adel Abdul-Mahdi meminta Washington untuk mengirim delegasinya ke Baghdad guna memulai persiapan penarikan pasukan Amerika, yang jumlahnya sekitar 5.200 pasukan.
Namun Trump memberi tanggapan keras. Trump mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap Irak “seperti yang belum pernah mereka lihat sebelumnya” jika Baghdad mengusir pasukan AS.
Sementara itu, berdasarkan laporan Wall Street Journal, pemerintah AS mengancam akan menutup akses Irak ke rekening utamanya di Federal Reserve Bank of New York, jika Baghdad tetap mengusir pasukan Amerika. Federal Reserve digunakan untuk mengumpulkan pendapatan Irak dari penjualan minyak ke luar negeri.