TIKTAK.ID – Para petani India yang telah melakukan aksi protes selama dua bulan atas Undang-Undang Pertanian baru kini memulai aksi mogok makan sepanjang Sabtu (30/1/21).
Aksi ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa aksi protes para petani ini merupakan gerakan damai, menyusul bentrokan yang terjadi baru-baru ini dengan polisi.
Dilansir The Associated Press, para pemimpin petani mengatakan aksi mogok makan ini dilakukan bertepatan dengan peringatan wafatnya pemimpin kemerdekaan India Mahatma Gandhi, yang terkenal karena perlawanan tanpa kekerasannya terhadap pemerintahan kolonial. Meski demikian, para pengunjuk rasa mengatakan mereka tetap marah pada Perdana Menteri Narendra Modi dan pemerintahannya.
“Cara Pemerintah menyebarkan kebohongan yang direncanakan dan kekerasan harus dikecam,” kata pernyataan dari Samyukta Kisan Morcha, atau Front Persatuan Tani, sebuah koalisi serikat petani.
Puluhan ribu petani telah berkemah di tepi New Delhi sejak November lalu, mengupayakan pencabutan Undang-Undang Pertanian yang disahkan pada September tahun lalu.
Para petani menganggap bahwa aturan itu hanya akan mendukung agribisnis dan perusahaan besar, menghancurkan pendapatan banyak petani dan meninggalkan mereka yang memiliki lahan sedikit atau petani kecil.
Sedang Modi dan sekutunya mengatakan aturan itu diperlukan untuk memodernisasi pertanian India.
Beberapa kali pembicaraan antara kedua belah pihak tidak berhasil.
Protes sebagian besar berlangsung damai tetapi kekerasan meletus pada Selasa kemarin, yang bertepatan dengan Hari Kemerdekaan India. Ketika itu, puluhan ribu petani yang mengendarai traktor dan berjalan kaki merobohkan barikade polisi dan menyerbu Benteng Merah abad ke-17 di New Delhi dalam aksi pengambilalihan yang singkat namun mengejutkan itu.
Bentrokan itu menewaskan seorang pengunjuk rasa dan hampir 400 petugas polisi terluka. Pejabat tidak menyebutkan berapa banyak petani yang terluka, tetapi banyak yang terlihat berlumuran darah setelah polisi dengan perlengkapan anti huru hara memukul mereka dengan tongkat dan menembakkan gas air mata.
Ketegangan terus meningkat sejak itu, dengan bentrokan lanjutan sporadis antara pengunjuk rasa, polisi dan kelompok tak dikenal yang meneriakkan slogan anti-petani.
Pada Jumat (29/1/21), sekitar 200 orang menerobos masuk ke satu lokasi demonstran, meskipun ada pengamanan yang ketat, mereka langsung melemparkan batu ke arah petani dan merusak tenda mereka.
Kelompok tersebut menuntut agar para petani mengosongkan daerah itu dan mengatakan mereka telah “menghina” bendera nasional selama parade traktor pada Hari Kemerdekaan Republik.
Sementara, para petani menuduh balik bahwa pengacau itu sebagian besar terdiri dari anggota kelompok nasionalis Hindu yang memiliki hubungan dekat dengan partai Modi.
Pada Sabtu ini, pihak berwenang memutuskan untuk memblokir layanan internet seluler di tiga lokasi demonstran. Ini merupakan taktik yang digemari Pemerintah Modi untuk menggagalkan protes.
Kementerian Dalam Negeri India mengatakan layanan internet akan tetap ditutup hingga Minggu, dengan alasan untuk “menjaga keamanan publik”.
Pemimpin petani Rakesh Tikait mengatakan, Pemerintah “berkhayal jika merasa gerakan kami akan dilemahkan” dengan menghentikan internet.
“Semakin mereka mencoba untuk menghancurkan suara para petani, semakin besar gerakan ini”, cuit Tikait.
Protes tersebut menjadi tantangan terbesar bagi Modi sejak ia menjabat pada 2014, sebagian karena petani adalah kelompok suara paling berpengaruh di negara itu dan bagian penting dari ekonomi.
Dalam unjuk rasa persatuan yang jarang terjadi, 16 partai oposisi memboikot pidato parlemen oleh presiden seremonial Ram Nath Kovind, yang berasal dari Partai Bharatiya Janata Modi.