TIKTAK.ID – Penasihat Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Jake Sullivan mengatakan bahwa pemerintahan baru bermaksud untuk membangun Perjanjian Abraham. Yaitu kesepakatan normalisasi Israel dengan negara-negara Arab yang digagas pada masa Presiden Donald Trump.
Dilansir Aljazeera, Sullivan menegaskan bahwa Presiden baru akan “memikirkan bagaimana dapat memastikan bahwa benih yang telah ditanam benar-benar tumbuh menjadi kerja sama penuh” seperti yang telah diharapkan.
Sebelumnya, Penasihat Keamanan Nasional untuk mantan Presiden Donald Trump, Robert O’Brien mengatakan bahwa Trump memutuskan berkeliling di Kawasan Teluk untuk membangun perjanjian normalisasi tahun lalu antara Israel, Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan.
O’Brien mengatakan pemerintahan Trump berusaha membangun “Ibu Kota politik” dengan Israel terlebih dahulu lewat pemindahan Kedutaan AS ke Yerusalem dan mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan.
“Kami tidak dapat membiarkan Palestina berdiri sebagai penghalang jalan menuju perdamaian Timur Tengah yang lebih luas,” kata O’Brien, menjelaskan untuk pertama kalinya sejak meninggalkan jabatan strateginya di balik langkah diplomatik Trump itu.
“Jadi kami pergi ke kawan dan mitra dan sekutu kami dan kami membangun modal politik. Dan salah satu cara kami membangun Ibu Kota politik di Israel adalah dengan memindahkan Kedutaan ke Yerusalem, salah satu cara kami melakukannya adalah dengan mengakui Dataran Tinggi Golan, sebagai wilayah Israel,” kata O’Brien.
Trump pada 2017 telah mengumumkan bahwa AS akan memindahkan Kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem dan mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Langkah itu dirayakan di Israel tetapi secara luas dikutuk di tempat lain karena merugikan kepentingan Palestina yang didukung secara internasional.
Pengakuan sepihak Trump yang mengakui kedaulatan Israel atas Golan pada 2019, merupakan pelanggaran hukum internasional. Israel telah merebut wilayah itu dari Suriah dalam Perang Enam Hari tahun 1967.
“Ini adalah fakta yang tidak akan pernah berubah di lapangan. Yerusalem tidak akan pernah berubah menjadi Ibu Kota selain Israel. Israel tidak akan pernah mengembalikan Dataran Tinggi Golan ke Assad atau rezim lain di Suriah,” kata O’Brien.
“Kami melakukan hal yang sama. Kami membangun Ibu Kota politik dengan Bahrain, dengan Maroko dan UEA, dengan memberi tahu mereka bahwa kami akan mendukung mereka, dengan keluar dari “kesepakatan nuklir Iran” yang merupakan ancaman serius bagi Kawasan”, kata O’Brien.
Trump secara sepihak menarik diri pada 2018 dari perjanjian nuklir Iran yang telah dinegosiasikan oleh pendahulunya, Presiden Barack Obama. Sekarang, Presiden Biden bergerak untuk membuka negosiasi dengan Iran untuk menghidupkan kembali perjanjian tersebut.
“Kami kemudian mengambil modal itu dan menggunakannya untuk menyatukan semua pihak dan melihat apakah kami dapat membuat mereka mencapai kesepakatan, seperti yang kami lakukan,” kata O’Brien.
Pernyataan O’Brien disampaikan dalam diskusi panel yang diselenggarakan oleh Institut AS untuk Perdamaian di Washington yang menyertakan Penasihat Keamanan Nasional Presiden Joe Biden, Jake Sullivan.
“Negara-negara Arab lainnya kemungkinan akan bergabung dengan Abraham Accords karena mereka melihat manfaat ekonomi dan hubungan baru tersebut akan memungkinkan AS untuk menarik beberapa pasukan militernya di wilayah tersebut,” tutup O’Brien.