TIKTAK.ID – Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (Sekjen DPP) Partai Priboemi, Heikal Safar mengaku ikut prihatin dengan Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Jenderal (Purn) Moeldoko yang sampai kini terus berkonflik dengan internal DPP Partai Demokrat. Apalagi, ia menyebut kedua pihak saling melaporkan hingga berujung gugatan di Mahkamah Agung (MA).
Heikal pun mengatakan mempunyai langkah konkret untuk meredam dan menghentikan konflik politik yang melibatkan eks Panglima TNI Moeldoko dengan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Jenderal (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ia menjelaskan, caranya dengan menawarkan Partai Priboemi untuk diambil alih Moeldoko, sehingga tidak berseteru lagi dengan pengurus Demokrat.
“Saya ingin memberikan Partai Priboemi kepada Jenderal TNI (Purn) Moeldoko dan seluruh pendukungnya,” ujar Heikal kepada sejumlah awak media massa di Jakarta Selatan, Senin (4/10/21), seperti dilansir Republika.co.id.
Baca juga : Waduh, Nama Luhut dan Airlangga Juga Muncul di Laporan Pandora Papers
Untuk diketahui, Partai Priboemi dideklarasikan oleh senior Moeldoko, almarhum eks Panglima TNI Jenderal (Purn) Djoko Santoso. Pendirian partai tersebut bertepatan dengan perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 2015 di Grand Sahid Hotel Jakarta. Ketika itu, Djoko menjabat sebagai Dewan Pembina Partai Priboemi.
Partai Priboemi sendiri merupakan partai nasionalis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Saat ini, pengurusnya telah tersebar di seluruh Indonesia. Mereka memiliki visi ke depan memperjuangkan masyarakat pribumi agar bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
“Visi itu sesuai dengan program kerja Kabinet Pemerintahan Presiden Joko Widodo bersama Wakil Presiden KH Maruf Amin, yakni menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” tegas Heikal.
Baca juga : Partai Buruh Bangkit Lagi, Siapa yang Biayai?
Lebih lanjut, Heikal mengklaim bahwa niatannya menghibahkan Partai Priboemi kepada Moeldoko didasarkan niat tulus dan ikhlas, serta rasa empati yang mendalam. Dia menyatakan tidak ingin dua jenderal TNI itu terlibat konflik.
Menurutnya, bila kedua tokoh nasional eks petinggi TNI itu masih saja berkonflik politik, maka nantinya bisa berdampak pada musnahnya keteladanan berdemokrasi di mata publik nasional maupun internasional.
Oleh sebab itu, Heikal menyarankan agar lebih baik Moeldoko mengalah saja dalam konflik di Demokrat, untuk menang. Dia menerangkan, caranya dengan menerima tawaran supaya mampu berlapang dada menjadi Ketua Umum Partai Priboemi.