
TIKTAK.ID – Persaudaraan Alumni (PA) 212 menyatakan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto sudah tak mungkin lagi maju di Pilpres 2024. Padahal, PA 212 merupakan salah satu motor kampanye mantan Danjen Kopassus tersebut pada Pilpres 2019.
“Bagi kami, Prabowo sudah selesai,” ujar Ketua Umum PA 212 Slamet Maarif, seperti dilansir Tirto.id, Minggu (9/8/20).
Slamet menyebut masih banyak kader muda yang layak memimpin negeri ini ke depan. Ia mengatakan, 2024 saatnya yang muda yang berkarya. Menurutnya, sosok tersebut bisa berasal dari kader partai, terutama Partai Gerindra, maupun kalangan profesional.
Baca juga : Waduh! Pencalonan Menantu Jokowi untuk Pilkada Medan Ternyata Ditolak Kader Senior PDIP
Kemudian Slamet menyebut beberapa nama. Di antaranya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, mantan Wakil Gubernur DKI Sandiaga Salahuddin Uno, Wakil Gubernur DKI Jakarta Riza Patria, pendakwah Aa Gym, pendakwah Abdul Somad, hingga Imam Besar FPI, Rizieq Shihab.
Di sisi lain, peneliti politik Islam dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Wasisto Raharjo Jati menilai tokoh-tokoh yang disebutkan Slamet sebagian besar memiliki rekam jejak yang buruk karena menggunakan politik identitas untuk keperluan Pemilu, terutama saat Pilkada DKI 2017.
Wasisto menjelaskan, ketika itu politik identitas sangat kentara digunakan oleh kelompok Anies-Sandi -termasuk di belakangnya Rizieq Shihab- untuk mengalahkan petahana yang terkena isu penistaan agama, Basuki Tjahja Purnama alias Ahok.
Baca juga : Nasdem Buka Peluang Habib Rizieq dan UAS Ikut Pilpres 2024 Asal…
Menurut Wasisto, jika calon-calon tersebut yang dimajukan, kemungkinan politik identitas kembali “dimainkan” sebagai cara menggaet suara massa. Ia pun beranggapan hal itu buruk, karena berdasarkan pengalaman yang lalu, masyarakat jadi terpecah. Ia mencontohkan sesama anggota keluarga saling memusuhi; bahkan jenazah ditolak hanya karena semasa hidupnya berbeda pandangan politik.
“Kalau itu dipolitisasi di ruang politik terbuka, yang terjadi adalah pertarungan ego, karena semua merasa benar, sehingga menciptakan adanya segregasi sosial kian lebar,” terang Wasisto, Senin (10/8/20) malam.
Wasisto memaparkan, politik identitas berlanjut pada Pilpres 2019, dan efeknya masih sangat terasa di masyarakat hingga saat ini. Ia menegaskan hal itu tetap terjadi meski para elitenya sendiri tampak akur, yakni Prabowo yang menjabat Menteri Pertahanan, dan Gerindra bergabung ke koalisi Pemerintah.