TIKTAK.ID – Perlahan tapi pasti, ekonomi dunia morat-marit akibat sebaran wabah virus Corona kian meluas ke seluruh negara. Tak terkecuali Indonesia, negara yang pada awal isu virus mematikan ini bermula dari Wuhan, China, para pejabatnya sesumbar dan berbangga bahwa hanya Indonesialah satu-satunya negara besar yang sama sekali tak terdampak virus Corona, kini justru kelimpungan seolah tak berdaya dan harus mengakui bahwa warga negara yang positif terjangkit virus ini melonjak menjadi 19 orang hanya dalam hitungan kurang lebih 3×24 jam saja.
Apa yang terjadi sebenarnya saat ini? Faktanya, seperti banyak negara lain, ekonomi China tak berdaya. Investasi dari negeri Tirai Bambu itu dan dari sejumlah negara ke negeri ini terancam tertunda. Angka impor dari China bakal menurun dan jelas akan berdampak besar terhadap perekonomian Indonesia. Belum lagi rupiah yang ikut terpuruk. Per hari ini, Selasa (10/3/20), kurs Rupiah terhadap Dolar sudah nyaris tembus ke angka Rp15.000, persis seperti pernah diprediksi Menkeu Sri Mulyani setahun lalu.
Sebelumnya, ekonom senior DR Rizal Ramli mengemukakan, ekonomi Indonesia sebelum ada Corona sudah nyungsep karena salah-kelola. Dia mengingatkan Pemerintah, kondisi ekonomi Indonesia saat ini tidak ubahnya dengan gelembung (bubble) yang terus menggelembung dan rentan untuk meledak.
Gelembung itu adalah soal makro ekonomi, gagal bayar, daya beli, digital bizz, dan nasib petani.
“Gelembung ini bisa meletus karena tidak mendapat dukungan fundamental yang kuat dan kemungkinan krisis hantam Indonesia, penguasa harus hati-hati dan waspada,” kata RR dalam perbincangannya dengan awak media belum lama ini.
Terkait semua persoalan ekonomi dan sosial ini, lalu bagaimana dengan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)? Akankah rezim ini mampu bertahan sampai 2024?
Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB), Adhie M Massardhie mengatakan, Pemerintahan Joko Widodo ini ibarat SmartPhone buatan China yang selalu men-download aplikasi (janji), padahal kapasitas memori dan baterenya tidak mencukupi. Akibatnya, batere lekas nge-drop (lowbat) dan program (pemeritahan) bisa “hang”.
Karena itu, kalau ada yang memprediksi pemerintahan Jokowi bisa jatuh pada Juni mendatang, seperti diramalkan aktivis Syahganda Nainggolan, menjadi bukan sesuatu yang mustahil. Sebab pada tiga bulan ke depan, tantangan Pemerintah akan kian berat, sementara sumber daya untuk mengatasinya kian melemah.
Baca juga: Ceramahnya Dinilai Provokatif, Pengajian Ustaz Bachtiar Nasir Dibubarkan Warga Malang
Menurut Sekjen Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI) ini, mengukur kekuatan sebuah pemerintahan itu tidak terlalu sulit. Karena pilar pendukung sebuah pemerintahan itu hanya tiga: politik, hukum dan moral.
Secara politik, katanya, Jokowi cukup kuat karena koalisi parpol pendukungnya, apalagi setelah Prabowo (Gerindra) juga bergabung, jadi mayoritas mutlak di parlemen. Tapi ini bukan berarti Jokowi bisa “tidur nyenyak”. Karena “kunci parlemen” tidak berada di tangannya, tapi di ketiak Megawati, Ketua Umum PDIP.
Halaman selanjutnya…