TIKTAK.ID – Mahkamah Agung Brasil membuka penyelidikan atas komentar keliru yang dibuat oleh Presiden Jair Bolsonaro yang mengklaim bahwa vaksin Covid-19 dapat meningkatkan kemungkinan risiko tertular AIDS.
Komentar yang dibuat pada streaming langsung media sosial pada Oktober lalu itu membuatnya dilarang sementara untuk muncul di Facebook dan YouTube di bawah kebijakan berita palsu mereka.
Bolsonaro sering meragukan efektivitas vaksin, seperti yang dilansir BBC.
Dia juga sedang menghadapi penyelidikan terpisah tentang penanganannya terhadap pandemi.
Selama siaran langsung pada 24 Oktober itu, Bolsonaro mengklaim bahwa laporan “menunjukkan bahwa orang yang divaksinasi penuh terhadap Covid-19 mengembangkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) jauh lebih cepat dari yang diperkirakan”.
Pernyataan tersebut langsung ditolak keras oleh para ilmuwan dan ahli medis.
Presiden yang menolak untuk divaksinasi ini, membela komentarnya tersebut dan mengklaim bahwa dia hanya mengutip dari sebuah artikel di sebuah majalah.
Pada Jumat (3/12/21), Hakim Agung Alexandre de Moraes memutuskan bahwa Bolsonaro telah “menggunakan modus operandi skema penyebaran massal di jejaring sosial” yang menyerukan penyelidikan lebih lanjut.
De Moraes menginstruksikan Jaksa Tinggi Brasil, Augusto Aras, untuk mencoba untuk menetapkan apakah komentar Presiden terkait dengan sekelompok pendukungnya yang saat ini sedang diselidiki untuk produksi skala besar itu tergolong berita palsu.
Kelompok itu, yang dikenal di media lokal sebagai Kantor Kebencian, telah menyebarkan informasi yang salah selama pandemi dan menyerukan kudeta militer yang akan memberi Bolsonaro, mantan Kapten tentara, kekuasaan tak terbatas untuk memerintah negara itu.
Investigasi ke dalam kelompok telah berhasil melakukan sejumlah penangkapan sekutu Presiden, termasuk Kepala Partai Buruh Brasil sayap kanan, Roberto Jefferson.
Bolsonaro berada di bawah tekanan berat dalam beberapa bulan terakhir dan menghadapi sejumlah krisis politik yang telah merusak popularitasnya.
Sebuah panel investigasi khusus Senat mendukung sebuah laporan yang menyerukan agar tuduhan diajukan terhadap Presiden, termasuk kejahatan terhadap kemanusiaan.
Bolsonaro telah menyatakan bahwa dia “sama sekali tidak bersalah”.
Jumlah kematian Brasil akibat Covid-19 adalah yang tertinggi kedua di dunia, di belakang Amerika Serikat. Lebih dari 615.000 orang telah meninggal, dan 22,1 juta telah terinfeksi virus, meskipun ada kekhawatiran jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi.
Pada bulan Maret, ketika kematian melonjak, Presiden mengatakan kepada warga Brasil untuk “berhenti merengek” dan meremehkan ancaman virus, karena sistem kesehatan lumpuh oleh krisis.