
TIKTAK.ID – Spanyol menginformasikan kepada Komisi Eropa bahwa mereka berencana melakukan pengurangan harga bersama dengan Portugal mungkin akan berdampak pada pembatasan penjualan energi ke Prancis, El Pais melaporkan pada Senin (18/4/22).
Madrid merupakan pemasok listrik impor terbesar di tetangga utaranya, dan potensi pembatasan penjualan energi terjadi ketika seluruh UE bergulat dengan melonjaknya biaya energi.
Spanyol dan Portugal sepakat pada akhir Maret untuk membatasi harga gas yang digunakan dalam pembangkit listrik setara dengan 30 Euro per megawatt/jam atau sekitar 450 ribu rupiah. Sementara Brussel memberikan kepada kedua negara itu pengecualian aturan normalnya dan membiarkan pengaturan ini berlanjut. Madrid dan Lisbon kemudian menyampaikan kabar buruk kepada Eurocrats.
Menurut dokumen yang dikutip oleh surat kabar tersebut, Spanyol dan Portugal perlu memberlakukan “beberapa pembatasan” pada penjualan energinya ke Prancis sebagai dampaknya, seperti yang dilansir Russian Today.
Di bawah sistem alternatif yang awalnya diusulkan oleh Madrid, listrik yang diekspor ke Prancis akan dikenakan tarif yang lebih tinggi daripada yang dikonsumsi di Semenanjung Iberia. Menurut El Pais, para pejabat di Brussel mengaku khawatir bahwa pengaturan ini akan melanggar aturan pasar blok tersebut, dan Jerman serta negara-negara Nordik dilaporkan sangat menentang gagasan ini.
Dewan Komisaris Uni Eropa dilaporkan akan membahas masalah ini pada pertemuan mereka berikutnya, yang biasanya berlangsung setiap minggu.
Meskipun Prancis adalah pengekspor listrik bersih, namun Prancis masih mengimpor sekitar 34 persen dari listriknya, hal ini merujuk pada data dari tahun 2020. Spanyol, lebih dari negara mana pun lainnya, menyediakan sebagian besar dari listrik yang digunakan di Prancis.
Harga listrik kini telah melonjak di seluruh UE, dengan para pelanggan harus membayar 45 persen lebih mahal di bulan Maret dibandingkan tahun sebelumnya.
Melonjaknya harga ini telah didorong oleh ketidakpastian apakah Uni Eropa akan mengembargo impor gas dari Rusia, dan guncangan ke pasar energi global sebagai akibat dari konflik di Ukraina.
Melonjaknya inflasi di seluruh dunia Barat juga telah mendorong tagihan listrik di Blok itu lebih tinggi.