TIKTAK.ID – Menteri Keuangan Prancis, Bruno Le Maire dan Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck mengatakan pada Kamis bahwa negara mereka tidak akan membeli gas Rusia dengan Rubel, bersikeras bahwa kontrak gas dalam Euro “harus diperhatikan”.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada Berlin bahwa pembayaran dalam mata uang bersama UE akan dikonversi ke Rubel saat tiba di Rusia.
Berbicara pada konferensi pers di Berlin, Habeck mengatakan bahwa blok tersebut tidak akan “diperas” oleh Rusia untuk menggunakan Rubel untuk membeli gas. Putin telah menuntut bahwa, mulai hari Jumat (1/4/22), negara-negara “tidak bersahabat” –mereka yang “secara ilegal” memberikan sanksi kepada bank sentral Rusia dalam menanggapi konflik di Ukraina– harus membayar gas Rusia dalam mata uang Moskow atau pasokan mereka terputus, seperti yang dilaporkan RT.
Namun, Habeck mengatakan kepada wartawan bahwa kontrak gas yang ada antara negara-negara Eropa dan Rusia, yang dinegosiasikan dalam Euro, “harus diperhatikan”.
Habeck mengulangi pernyataan sebelumnya dari negara-negara ekonomi utama Kelompok Tujuh, yang berbunyi, “Kami dalam keadaan apa pun tidak akan menerima pembayaran untuk pengiriman gas dalam mata uang selain mata uang yang disepakati secara kontrak.”
Putin berbicara melalui telepon dengan Kanselir Jerman, Olaf Scholz dan Presiden Prancis, Emmanel Macron pada Rabu lalu, dan menguraikan sistem bahwa kedua negara akan terus membayar dalam Euro, yang kemudian akan dikonversi ke Rubel oleh Gazprombank Rusia -yang belum disetujui oleh Uni Eropa- setelah diterima. “Scholz tidak menyetujui prosedur ini dalam percakapan, tetapi meminta informasi tertulis untuk lebih memahami prosedurnya,” kata seorang pejabat Jerman, sementara seorang pejabat Prancis mengatakan, “Prancis menentang pembayaran dalam Rubel.”
Tidak jelas apakah desakan Habeck dan Le Maire bahwa kontrak asli dalam Euro dihormati dan penolakan langsung terhadap kesepakatan Euro-ke-Rubel yang diusulkan oleh Putin pada Rabu lalu. Karena kesepakatan Putin akan melibatkan interaksi dengan bank sentral Rusia, para pemimpin Eropa enggan menyetujuinya.
Namun, Habeck mengatakan bahwa Jerman siap menghadapi Rusia yang berpotensi memutus aliran gas jika kesepakatan tidak tercapai. Kremlin telah mengancam akan menutup aliran gas ke negara-negara yang menolak membayar dalam Rubel, dan surat kabar Rusia Kommersant melaporkan pada Kamis bahwa raksasa energi Gazprom saat ini “mempertimbangkan kemungkinan penghentian total pasokan gas”.
Jerman sangat bergantung pada energi Rusia, dengan Rusia menyediakan lebih dari setengah pasokan gasnya, dan sepertiga dari minyak impornya.
Prancis mengandalkan Rusia untuk menyediakan sekitar sepertiga gasnya dan sekitar 10 persen minyaknya.
Habeck sudah mendesak warga minggu ini untuk mengurangi konsumsi mereka di tengah kemungkinan penjatahan yang semakin besar, dan pada Rabu mengatakan kepada penyiar Jerman ZDF bahwa orang Jerman “akan lebih miskin” sebagai akibat dari sanksi yang diberikan kepada Rusia.