TIKTAK.ID – Beijing mengatakan pada Kamis (23/7/20) bahwa keputusan Pemerintah Amerika Serikat untuk menutup Konsulat China di Houston, Texas, dilandasi oleh “fitnah jahat”. Beijing menegaskan bahwa para pejabatnya tak pernah beroperasi di luar aturan diplomatik seperti biasanya.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin mengatakan langkah penutupan Konsulat itu, yang merupakan konsulat pertama China di Amerika setelah pembentukan hubungan diplomatik pada 1979, bertentangan dengan norma-norma dasar hubungan internasional.
“Ini meruntuhkan jembatan persahabatan antara orang-orang China dan Amerika,” kata Wang kepada wartawan, tulis AP News.
Wang yang menolak tuduhan spionase dan pencurian kekayaan intelektual Amerika, menyebut tuduhan itu sebagai “fitnah yang sepenuhnya jahat.”
Amerika pada Selasa kemarin memerintahkan dalam 72 jam, Konsulat China di Houston harus ditutup. Washington menuduh agen-agen China telah berusaha mencuri data dari fasilitas di Texas, termasuk sistem medis A&M Texas dan Pusat Kanker MD Anderson University di Texas.
Langkah ini merupakan eskalasi dramatis dari meningkatnya ketegangan antara dua negara dengan ekonomi terbesar dunia saat ini.
Sementara itu Presiden Donald Trump semakin gencar menyalahkan China dalam banyak hal menjelang pemilihan presiden Amerika pada November nanti.
Wang tidak mengomentari spekulasi tentang apakah akan menutup Konsulat Amerika di China sebagai tanggapan, dan konsulat wilayah mana yang mungkin akan menjadi sasarannya.
“Tiongkok pasti akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi hak dan kepentingannya yang sah,” katanya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Amerika memiliki Kedutaan Besar di Beijing dan Konsulat di lima kota daratan lainnya, antara lain: Shanghai, Guangzhou, Chengdu, Shenyang, dan Wuhan. Amerika juga memiliki Konsulat di Hongkong, yang masih merupakan wilayah China.
Hubungan antara Amerika dan China terus menurun dalam beberapa bulan terakhir karena pandemi virus Corona dan perselisihan tentang perdagangan, hak asasi manusia, Hong Kong dan ketegasan China di Laut China Selatan.
Bukan hanya dengan Amerika, hubungan China dengan Inggris juga menjadi semakin tegang, sebagai efek persoalan di Hong Kong, kota bekas koloni Inggris yang kembali ke China pada 1997.
Wang mengkritik Inggris karena membuka jalur kewarganegaraan hingga 3 juta warga Hong Kong di kota yang hanya berpenduduk 7,5 juta orang itu. Dia mengatakan China mungkin tak lagi mengakui paspor Nasional Britania Raya di Luar Negeri yang dimiliki oleh 3 juta warga Hong Kong atau bagi mereka yang memenuhi syarat untuk mendapatkannya.
Inggris pada Rabu kemarin mengumumkan berlakunya peraturan baru yang akan memungkinkan pemegang paspor untuk tinggal dan bekerja di Inggris dan akhirnya memperoleh kewarganegaraan, pada Januari tahun depan.
China mengatakan Inggris berjanji dalam perjanjian antara keduanya bahwa mereka tidak akan memberikan izin tinggal kepada pemegang paspor.
“Sejak pihak Inggris melanggar komitmennya terlebih dahulu, China akan mempertimbangkan untuk menghentikan pengakuan paspor Nasional Luar Negeri Inggris sebagai dokumen perjalanan yang sah,” kata Wang.
Inggris mengadopsi aturan imigrasi baru setelah China memberlakukan Undang-Undang Keamanan Nasional baru di Hong Kong pada akhir Juni lalu. Para pejabat Inggris mengatakan negara itu tidak akan meninggalkan tanggung jawabnya kepada orang-orang dari bekas jajahannya.