Istana Garuda IKN Disebut Mirip Istana Kelelawar, Kok Bisa?
TIKTAK.ID – Belakangan ini Istana Garuda Ibu Kota Nusantara (IKN) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, kembali menjadi perbincangan di media sosial. Warganet menilai sayap Istana Garuda, yang tampak berwarna cokelat gelap kehitaman, menyerupai kelelawar ketimbang Burung Garuda.
Sebelumnya, rancangan karya pematung asal Bali, Nyoman Nuarta, itu sempat dikritik dan ditolak oleh sejumlah asosiasi profesional sejak dalam bentuk rancangan. Kritik tersebut di antaranya berasal dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Green Building Council Indonesia (GBCI), Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia (IARKI), Ikatan Arsitek Landskap Indonesia (IALI), sampai Ikatan Ahli Perancangan Wilayah dan Kota (IAP).
Ketua IAI, I Ketut Rana Wiarcha mengatakan bangunan Istana Negara yang berbentuk Burung Garuda tidak mencirikan kemajuan peradaban bangsa Indonesia di era digital. Dia menjelaskan bahwa gedung Istana Negara mestinya merefleksikan kemajuan peradaban, baik budaya, ekonomi, maupun komitmen pada tujuan pembangunan berkelanjutan Indonesia dalam partisipasinya di dunia global.
Baca juga : Sebut Ada Upaya Gagalkan Anies Maju Pilgub Jakarta, Hasto: Demokrasi Kita Tidak Sehat
“Sangat tidak mencerminkan kemajuan peradaban bangsa, khususnya di era digital, serta era bangunan emisi rendah dan pascaCovid-19,” ujar Rana dalam pernyataan sikap, pada Kamis (1/4/21) silam, seperti dilansir Tempo.co.
Meski begitu, rancangan Istana Negara tersebut sudah disetujui Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada 2 April 2021. Merespons polemik itu, Nyoman Nuarta turut buka suara dalam diskusi daring “Menuju Ibu Kota Negara Baru” pada Rabu (23/2/22). Dia pun memaparkan alasannya memilih bentuk Burung Garuda.
“Indonesia punya lebih dari 1.000 suku bangsa, sehingga tidak mungkin diserap di satu bentuk bangunan. Oleh sebab itu, saya memilih Garuda,” jelas Nyoman.
Baca juga : Istana Undang SBY dan Megawati Hadiri HUT RI di IKN
Adapun partisipasi Nyoman dalam hal ini membuat desain dasar, ada sebanyak 12 bangunan. Sementara konsep bangunan istana buatannya harus merepresentasikan budaya Indonesia yang beraneka ragam. Untuk itu, dia menyebut simbol garuda dan 12 bangunan lainnya tidak identik pada salah satu budaya saja.
“Di dalam sayap (Garuda) itu ada hutannya. Jadi kalau Bapak Presiden ingin rapat di bawah pohon namun tidak kehujanan, maka di situ tempatnya,” ucap Nyoman Nuarta.
Nyoman Nuarta menganggap lokasi IKN dengan kontur yang ekstrem menjadi tantangan. Ia lantas mengeklaim sudah melibatkan 70 ahli, seperti arsitek, ahli jalan, jembatan, green desain, interior, dan lanskap untuk memenuhi syarat gedung yang modern. Dia pun menjamin Istana Negara ini tetap menghindari efek rumah kaca dan radiasi.