TIKTAK.ID – Belum lama ini, temuan fakta baru mengenai tragedi 1965 mencuat. Temuan baru tersebut menyatakan adanya keterlibatan Inggris dalam menyerukan pembunuhan massal pada 1965, dengan sasaran utamanya anggota Partai Komunis Indonesia (PKI).
Temuan itu pertama kali diungkapkan ke publik lewat artikel yang dirilis oleh media Inggris The Observer dan media satu grupnya The Guardian pada Minggu (17/10/21). Artikel itu menyebut seorang pejabat dari kantor luar negeri Inggris bernama Ed Wynne ditugaskan untuk membuat propaganda di Indonesia.
Akan tetapi, Wynne memang bukan pejabat biasa, melainkan mata-mata ahli propaganda, bagian dari Departemen Riset Informasi (IRD). Dia bertugas memimpin tim kecil dan membuat pamflet yang seakan-akan ditulis oleh seorang patriot Indonesia. Pamflet itu berisi seruan untuk melenyapkan PKI.
Baca juga : JK Tengahi Gaduh PDIP vs Demokrat Akibat Ulah Hasto Rendahkan SBY Saat Sanjung Jokowi
Seperti dilansir CNNIndonesia.com, Wynne mengirimkan sebuah surat dan pamflet untuk disebarkan ke dalam Bahasa Indonesia. Salah satu arsipnya yakni pamflet edisi khusus “Kenjataan2 Pada Kudeta 30 September”.
Untuk menyamarkan, maka buletin asal Inggris itu dikirim ke Indonesia lewat kota-kota Asia, termasuk Hong Kong, Tokyo dan Manila. Berdasarkan laporan The Guardian, selama setahun, sebanyak 28.000 eksemplar buletin, yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan disebut “Kenjataan2” (Fakta-fakta), sudah dikirim.
“Untuk John, silakan lihat surat saya SE/01/65 pada 11 Oktober. Sekarang saya lampirkan salinan edisi khusus Kenjataan2 pada Kudeta 30 September, dalam bahasa Inggris dan Indonesia, sebagai informasi Anda”, tulis Wynne disertai tanda tangannya pada 13 Oktober 1965.
Baca juga : Dideklarasikan Jadi Capres 2024, Budiman Sudjatmiko Buka Suara
Dalam pamflet itu, intelijen Inggris tidak hanya menyasar warga Indonesia secara umum, namun juga jenderal Angkatan Darat. AD sendiri memang disebut-sebut terlibat dalam pembunuhan massal 1965, yang oleh CIA disebut sebagai pembantaian paling brutal dan terbesar di abad ke-20.
Kemudian pada malam 30 September, para perwira kiri yang terkait dengan G-30-S, di bawah komando Letkol Untung dari satuan pengawal presiden, didukung oleh beberapa batalyon, mencoba melakukan serangan terhadap komando tinggi Angkatan Darat. Mereka berusaha menangkap tujuh jenderal paling senior di Angkatan Darat Indonesia.
Akan tetapi pada malam 1 Oktober, komandan unit tempur utama AD, Soeharto, mengambil alih komando tentara dan melakukan serangan balik. Dia pun diangkat menjadi Panglima Tertinggi Angkatan Darat pada 14 Oktober.
Baca juga : Nabi Muhammad Disebut ‘Kader PMII’, Polisi Diminta Bertindak
Sejarawan John Roosa mengklaim Soeharto memanfaatkan kesempatan itu untuk menggulingkan Sukarno dan menumpas PKI, sebagai “dalih untuk pembunuhan massal”.
Roosa mengatakan penghapusan PKI itu dilakukan dalam serangkaian pembantaian di seluruh Indonesia yang mengakibatkan kematian ratusan ribu orang.