Heboh Vaksin TBC M72 Diuji di Indonesia, Menkes: Tak Berbahaya

TIKTAK.ID – Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, mengeklaim vaksin Tuberkulosis (TBC) M72 yang sekarang sedang diuji di Indonesia tidak berbahaya bagi partisipan. Ia menegaskan, masyarakat tidak dijadikan sebagai kelinci percobaan dalam uji klinik tahap akhir yang turut didukung oleh Bill & Melinda Gates Foundation.
Budi menjelaskan, vaksin tersebut telah melewati uji klinik tahap 1 yang bertujuan mengukur risiko efek samping berbahaya. Artinya, kata Budi, keamanan dasar vaksin sudah terbukti. Dia mengatakan tahapan yang kini dijalani adalah uji klinik fase 3, yang hanya bertujuan melihat seberapa efektif vaksin dalam memberikan perlindungan di populasi tertentu.
“Kalau ada akses ke clinical trial, kita berpartisipasi, itu orangnya bisa mendapatkan gratis. Apakah ini bakal 100 persen sukses atau nggak? Tidak menjamin 100 persen, namun tidak akan harmful (berbahaya) buat dia, karena uji keamanan sudah selesai,” ujar Budi, seperti dikutip Kompas.com dari talkshow “Rosi” Kompas TV, pada Kamis (8/5/25).
Baca juga : Sikapi Aspirasi, Prabowo Siap Temui Forum Purnawirawan TNI Soal Desakan Copot Gibran
Menurut Budi, tidak ada risiko merugikan atau downside risk dari partisipasi ini. Dia melanjutkan, justru yang mungkin diperoleh yakni manfaat perlindungan atau upside risk bila vaksin terbukti ampuh.
Untuk diketahui, uji klinik vaksin M72 di Indonesia dilaksanakan oleh peneliti dari Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Padjadjaran (Unpad), bekerja sama dengan lembaga internasional. Sebanyak 2.095 partisipan remaja dan dewasa sudah direkrut untuk mengikuti studi global tersebut. Penelitian serupa dilakukan di Afrika Selatan, Kenya, Zambia, dan Malawi.
Adapun tujuan uji klinik fase 3 ini untuk mengevaluasi efektivitas vaksin M72 dalam mencegah TBC paru pada individu dengan infeksi TB laten yang tidak terinfeksi HIV. Kandidat vaksin ini telah dikembangkan sejak awal 2000-an lalu oleh GlaxoSmithKline (GSK), kemudian dilanjutkan oleh Bill & Melinda Gates Foundation, lantaran tingginya beban TBC di negara berkembang.
Baca juga : Sempat Ajukan Mundur, Hasan Nasbi Klaim Diminta Lanjutkan Jabat Kepala PCO
“Yang melakukan clinical trial ini bukan Kemenkes langsung, namun dua universitas besar. Di sana banyak ahli yang justru dapat lebih dalam memahami vaksin dan penyakit ini,” terang Budi.
Budi menyatakan Indonesia bisa mendapat akses vaksin lebih dulu karena keterlibatan Indonesia dalam uji klinik memberikan keuntungan besar. Dia mengaku tak hanya partisipan bisa memperoleh vaksin lebih cepat, tapi hasil studi juga dapat menjadi pijakan bagi Bio Farma untuk memproduksi vaksin ini secara lokal jika terbukti efektif.










